"Biar saya gaek... dalam bercinta saya yakin saya lebih perkasa dari
kamu!" begitu Aki Uum sesumbar saat kami mengobrol santai sepanjang
jalan sepulang jumatan.
Kebetulan, nggak lama setelah aku, tetangga belakang rumah, si duda gaek
Aki Uum, juga menikah. Istrinya Lidya si janda kembang yang jangkung
bongsor.
"Iyalah, Ki. Aki kan pengalaman, sedang saya ting-ting." aku merendah.
"Ayo. Kita berlomba bercintaan dengan istri masing-masing," kata si Aki asal.
"Pegimana caranya tuh?" Balap karung sih aku masih ngerti, tapi lomba
bercinta... mana mungkin istriku mau? Kalo bini dia sih serba bebas!
"Caranya gampang. Balkon loteng rumah kita kan belakang-belakangan.
Siang ini, saya bakalan bercinta dengan istri di loteng, kamu silakan
ngintip. Nah, besok... giliran kamu dengan istri kamu. Saya yang
mengintip. Hasilnya kita bandingkan. Yang kalah nraktir sate kambing,
ya?"
Udah aki-aki gila juga tuh idenya. Eh, tapi lama-lama aku jadi mikir
juga. Kenapa nggak aku iyain aja, ya? Ini kan jadinya kesempatanku
melihat aksi akrobatik Lidya melawan si Aki. Kapan lagi kalo nggak
sekarang? Hmm... tapi, nanti kalo Mira nggak mau gimana? Ah, pusing
amat. Abis aku puas nonton, ngaku kalah aja kan beres, jadi nggak usah
ikut-ikutan life show. Bener nggak? Toh dia yang duluan.
Sesuai janji, akhirnya siang
itu juga aku nongkrong ngintip di loteng. Si aki menepati janji. Lidya
dia giring ke situ. Istri si Aki masih oke banget, body-nya
proporsional, gede tapi gak gendut. Sambil becanda-becanda, tangan Aki
Uum mulai mengelus-elus paha Lidya yang masih dilapisi daster hijau
tipis.
”Apaan sih,” bisik Lidya sambil mencubit pelan dada si Aki.
”Pengeen...” sahut Aki Uum manja, dan tanpa malu-malu segera memagut
bibir tipis Lidya penuh nafsu. Dia juga lekas melepas kaos dan celana
yang dipakainya.
Aku tersenyum melihat body si Aki yang kurus krempeng. Aku ngebayangin
kaya apa kontolnya kalo dah ngaceng. Sementara Lidya, wow... bikin
horny. Tangan si Aki kembali menggerayangi pahanya sambil tangan satunya
merangkul Lidya dan mulai meremas tokednya.
"Kamu bener-bener napsuin," kata Aki Uum di telinga Lidya.
"Napsuin gimana, ’kan toked aku gak gede?" tanya Lidya sambil menggelinjang geli.
’Gila! Nggak gede darimana?’ protesku dalam hati. Ditangkup dengan dua
tangan aja, benda itu pasti gak akan cukup. Terus aku perhatikan Aki Uum
yang kini menjilati leher Lidya, ciumannya terus mengarah ke atas untuk
menggelitik kuping dan menyapu wajah Lidya yang cantik, membuat sang
istri meringis dan mendesah panjang saat menerimanya.
”Ihh, Aki...” Lidya melenguh.
"Kamu imut, punyamu masih rapet." kata Aki Uum selanjutnya. Dengan penuh
nafsu ia menangkup gundukan besar di selangkangan sang istri yang masih
tertutup celana dalam, dan meremasnya lembut.
”Auw! Geli, Kii...” Lidya bergidik, tapi tidak menolak. Malah ikut
meletakkan tangannya di pangkal paha si Aki. ”Wah, dah bangun, Ki...
gede banget!” pekik Lidya gembira.
Aki Uum tersenyum dan kembali memagut bibir tipis Lidya. Ia lumat daging
merah basah itu dengan penuh nafsu, sementara di bawah, ia biarkan
Lidya melepas celana dalamnya agar bisa memegangi penisnya secara
langsung.
"Kocok, Sayang...” pinta Aki Uum, sementara dia sendiri sibuk melepas daster Lidya dan mengurai ikatan bra-nya.
Dalam sedetik, payudara Lidya yang bulat besar meloncat keluar,
terekspos dengan indahnya di depan mataku. Aki Uum langsung
mencaploknya, dimulai dari yang kiri, lalu dilanjut yang kanan.
Dua-duanya ia pagut dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot dipake
untuk menyedot-nyedot putingnya yang memerah kenyal. Aku bergidik, tak
terasa penisku ikut ngaceng melihat semua itu.
”Aki...” pekik Lidya saat salah satu tangan Aki Uum mengorek-ngorek
liang memeknya dari samping cd yang sudah sedikit melenceng.
Sambil melakukannya, si Aki masih terus menciumi bulatan payudara Lidya
yang kini terlihat mengkilat basah oleh air liur. Kadang ciuman Aki Uum
juga kembali ke atas, menyapu rongga mulut Lidya yang menganga
menggiurkan, yang segera dibalas oleh Lidya dengan hisapan dan kuluman
yang tak kalah rakus dan liar. Sambil berciuman, tak henti-henti tangan
Aki Uum menggesek-gesek pentil Lidya yang sudah menegang runcing, sambil
diselingi pencetan dan pelintiran yang sungguh sangat membangkitkan
gairah. Aku harus mempraktekkan itu kepada Mira. Lidya sendiri makin
intens meremas kontol si Aki, malah kini ia disuruh sedikit merunduk
sehingga posisinya setengah jongkok. Aku tahu maksudnya, Aki Uum ingin
agar Lidya mengemut kontolnya. Aku menebak-nebak, mau gak ya si Lidya?
Walah, tak kusangka, Lidya yang kelihatan pendiam, ternyata dengan
begitu bernafsunya melayani kontol si Aki. Ia melahap benda itu seperti
makan eskrim batangan, mula-mula buah pelirnya yang dijilat-jilat, baru
kemudian batangnya dengan pola naik-turun, dan berlanjut ke ujungnya
yang tumpul kaya jamur. Lidya sengaja menggelitiknya dengan memakai
ujung lidah sambil dikulum sedikit-sedikit hingga membuat pemiliknya
sampai mengerang-ngerang karena keenakan.
”Ughh... sayang...” desis Aki Uum sambil meremasi toket Lidya yang menggantung indah.
Aku merenung, kalau diperlakukan seperti itu, aku pasti bakal
merintih-rintih juga. Habis kelihatannya enak banget sih, Mira tidak
pernah melakukan yang seperti itu. Satu catatan lagi buatku. Kulihat Aki
Uum menarik cd Lidya hingga terlepas, kini keduanya sudah sama-sama
telanjang. Dengan mudah kini tangan si Aki mengobok-obok memek Lidya
dengan jari-jarinya. Aku tidak bisa melihat dari tempatku mengintip,
tapi dari suaranya, bisa kutebak kalau liang itu sudah begitu becek.
Cairannya yang kental nampak menetes membasahi lantai keramik loteng
yang berwarna gelap. Hmm, rupanya Lidya tipe wanita yang gampang basah.
"Enghh... uuhh... uhh!" desah Lidya disela-sela hisapannya. Kemudian ia
rebah ke lantai saat Aki Uum mengajaknya untuk berposisi 69.
Kini mereka saling bertindihan dengan mulut menguasai alat kelamin
pasangannya. Lidya kembali mengocok sambil mengemut pelir Aki Uum,
sementara si Aki menjulurkan lidahnya untuk menyapu bibir vagina Lidya
yang sudah merekah kemerahan.
”Ehm... ahhh...” mereka melenguh secara hampir bersamaan. Lidya sesekali
menyentil-nyentilkan lidah pada lubang kencing Aki Uum saat mulutnya
terasa kelu oleh batang besar itu.
Sesaat kemudian mereka berganti posisi, Aki Uum berlutut sedangkan Lidya
berbaring menyamping dan meneruskan oral seksnya terhadap penis
suaminya yang sudah tua bangka itu. Lidya terus bergumam dan meliukkan
lidahnya dengan sangat terampil dan sangat berpengalaman. Tangan keriput
si aki remas-remas kedua payudaranya hingga membuat putingnya mengacung
lancip. Aki Uum menggoyangkan pantatnya maju mundur sehingga membuat
penisnya masuk lebih dalam ke mulut istrinya. cukup lama mereka beroral
seks sejak posisi 69 tadi, hingga hampir setengah jam.
Aki Uum yang sepertinya sudah horny berat, merintih memprotes, "Ayo
dong, Say, masukin. Jangan cuma dibikin geli gitu." ujarnya sambil
menekan penisnya masuk ke mulut Lidya.
”Hmph,” Lidya spontan membelalak karena sesak, tapi sama sekali tidak
bisa menolak. Posisinya yang berada di bawah tidak memungkinkannya untuk
mengendalikan permainan.
Lidya kembali memaju-mundurkan kepalanya untuk mengemut penis Aki Uum.
Mulutnya terasa penuh oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar
desahannya yang tertahan saat si Aki mulai mengelus-elus pantat dan
pahanya yang putih mulus.
‘Ahhh...sekarang Ki..akuu..uuuuhhh....gak tahan! Masukin aja ya?” pintanya
“iyaaa sayaaannng....mmmmmuaaachhh! jawab si aki sambil mengecup keningnya
Aki Uum menggesek-gesekkan kepala penisnya yang bersunat itu di bibir
vagina istrinya yang sudah becek oleh lendir, naik-turun dan sesekali
menekanya. Terus berulang-ulang hingga kepala penisnya mulai menyeruak
daging sempit Lidya, terasa menghimpit dan nikmat. Aki Uum mendorong
semakin dalam, terus dan akhirnya setengah penisnya tertelan vaginanya.
BLESSSSSSS....BLESSSSSSSSSSSSSSSSS.....
“AUW... AAAAAAHHHH...!!” Lydia mengerang lirih dengan badan menggeliat
Dengan berpegang pada kedua payudara istrinya, aki Uum mempercepat
goyangannya, maju-mundur dengan memutar-mutarkan penisnya sebagai
selingan. Lydia pun merem melek kenikmatan merasakan genjotan si aki.
‘OOOHH....OH...OOOUUUGGHHHH...Ki...nikmaaaaaaaaa
aaaattttt....auw....remas tetekku Ki, mmmmmm...iya
teruuuuuuuussss....oooooooooohhhh...enak Ki!! ceracaunya
“aku suka memekmu...Lid....aaahhhh...nikmaaaaaaaaat ttt!!” lenguh Ki Uum
Kaki Lidya melingkar semakin kuat di pinggang suaminya hingga membuat
tubuhnya ikut bergoyang seirama dengan ayunan pantat si aki.
Hemmmmmmmmmm....semakin bernafsu aku menyaksikan adegan mereka sehingga
semakin cepat pula aku mengocoki penisku. Nampak si aki menusuk vagina
Lidya hingga penisnya tertelan semua terasa membentur dinding yang
berlendir hangat. Aki terus bergoyang....memainkan penisnya di dalam
vagina istrinya yang semakin banjir.
“AAAHHHHHHHH...Ki...aku... akuuuuuuuuuuuu...keluaaaaaaaaaaarrr!” jerit
Lidya disertai letupan lava orgasme yang melumuri penis Aki Uum dari
ujung hingga pangkalnya.
Tetapisi aki tidak menghentikan goyangannya, bahkan mempercepatnya
sambil berpegang pada kedua gunung kembar itu dan meremasnya makin
brutal. Hingga akhirnya, sekitar sepuluh menit kemudian hampir secara
bersamaan mereka menyemprotkan cairan orgasme yang kental dan hangat.
”Ahh... eughhh...” Aki Uum melenguh dalam kenikmatan saat melepaskan spermanya di dalam vagina sang istri.
Setelah mencabut penisnya, si aki merayap turun ke bawah, kepalanya
menuju ke selangkangan sang istri. Rupanya ia ingin membersikan vagina
istrinya dari cairan yang bereleleran ketika orgasme. Ia pun membenamkan
wajahnya di wilayah kewanitaan Lidya.
“Aaahh...Ki” Lidya mendesah dan menggeliatkan tubuhnya.
Aki Uum menbiarkan pinggul sang istri meliuk-liuk keenakan akibat
jilatannya. Malah ia memakai dua jari untuk membuka bibir vagina Lidya
dan lekas menyapu daerah itu dengan lidahnya, membuat daging berbelah
tengah itu jadi tambah basah, baik oleh ludah si Aki maupun cairannya
sendiri.
"Emmh... emmhh... aghh!" Lidya mendesah tertahan dengan mata merem-melek keenakan.
Cairan bening terus meleleh membasahi liang vaginanya dan mulut si aki,
sementara mulut Aki Uum terus menempel di permukaan selangkangannya
untuk mencucup dan menghisap-hisapnya selama mungkin, membersikannya
dari cairan orgasme. Kurang lebih lima menit mereka dalam posisi seperti
itu. Aku yang masih setia mengintip jadi senewen sendiri, kubayangkan
aku yang jadi Aki Uum dan sedang menyetubuhi Lidya. Ughh, betapa
nikmatnya. Tak terasa aku sudah memelorotkan celana dan mulai
mengocok-ngocok penisku sendiri. Selama itu kuperhatikan tubuh montok
Lidya menggelinjang hebat, sementara sepongannya pada kontol Aki Uum
juga semakin bersemangat. Puas menikmati vagina sang istri, Aki Uum
mengambil posisi duduk dan menaikkan Lidya ke pangkuannya. Tangannya
yang satu membuka lebar bibir vagina sang istri, sedangkan yang lain
membimbing penisnya memasuki liangnya yang sudah membengkak kemerahan.
Lidya menurunkan tubuh untuk menduduki penis si Aki, pelan-pelan ia
melakukannya hingga benda coklat panjang itu melesak masuk ke dalam
celah kewanitaannya yang sempit diiringi erangan panjang dari si Aki.
”Auhhh... Say!!” Aki Uum melenguh nikmat akibat jepitan vagina Lidya yang masih sangat kencang meski sudah sering dipakai.
”Emghh...” Lidya ikut merintih, terasa sekali penis si Aki seperti
membelah vaginanya yang belum pernah kemasukan penis sebesar itu.
Mereka terdiam sejenak. Aku ikut menahan nafas, dan baru menghembuskan
begitu kulihat Lidya mulai bergerak naik-turun di pangkuan Aki Uum.
Sementara sang istri menggoyang, Aki Uum menjulurkan tangan untuk
meremas-remas toket Lidya yang menggantung indah dengan begitu gemas dan
keras.
”Hah... hah...” melenguh keenakan, Lidya terus menaik-turunkan tubuhnya
dengan penuh semangat, semakin lama semakin cepat dengan mulut terus
menceracau tak karuan. Terasa sekali desakan penis Aki Uum yang selain
besar juga panjang, sehingga seakan-akan menembus hingga ke rongga
perutnya.
"Oohh... auuhh... ahh... ahh!" lolong Lidya dengan kepala mendongak ke
atas, bersamaan dengan itu, tubuhnya yang sintal mengejang.
Ia mendekap kepala Aki Uum erat-erat sehingga wajah si Aki terbenam di
belahan tokednya yang bulat dan besar. Selanjutnya perempuan cantik
keturunan Arab itu ambruk di pelukan Aki Uum dengan penis si Aki masih
menancap dalam di liang senggamanya. Mereka saling mendekap dan bercumbu
mesra, lidah mereka kembali berpaut dan saling menghisap. Tak kusangka,
Aki Uum yang sudah keriput bisa mengalahkan Lidya yang masih
kinyis-kinyis. Kalau begini, sepertinya aku beneran kalah.
Setelah sedikit tenang, Lidya kemudian bangkit untuk mengambil air minum
dari dalam rumah. Pelan-pelan ia melepas penis Aki Uum yang masih
terjepit di liang vaginanya. Kuperhatikan saat dia berlenggak-lenggok
masuk ke dalam rumah dengan tubuh telanjang. Uhh, benar-benar sangat
indah dan menggairahkan. Memandangi Mira yang telanjang saja, aku tidak
pernah memiliki perasaan yang seperti ini. Dengan Lidya, entahlah... aku
sangat terangsang. Mungkin benar ungkapan pribahasa; rumput tetangga
lebih hijau daripada rumput sendiri. Aku sudah membuktikannya. Lidya
keluar sambil membawa dua gelas air, satu diberikannya pada Aki Uum,
sedang yang satu diminumnya sendiri. Si Aki langsung menenggaknya sampai
habis.
"Haus ya, Ki?" tanya Lidya sambil menggelayut manja di pundak Aki Uum,
dibiarkannya tangan nakal si Aki yang kembali mempermainkan bulatan
payudaranya.
"Iya, kan habis kerja keras.” sahut Aki Uum, jari-jarinya dengan gemas meremas-remas tetek sang istri.
”Aki belom ngecret tadi," kata Lidya memastikan.
Aki Uum mengangguk dan lekas merebahkan tubuh montok Lidya ke atas meja.
Kedua pergelangan kaki perempuan cantik itu dipegangnya lalu ia
bentangkan lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betis Lidya ke bahu, Aki
Uum segera menyentuhkan kepala kontolnya ke bibir vagina sang istri.
”Siap untuk ronde yang kedua?” tanyanya sambil merenggangkan memek Lidya
semaksimal mungkin agar bisa menampung kontol besarnya yang sudah mulai
menerobos masuk.
”Lakukan, Ki... uhhh!” Lidya kembali mengerang nikmat.
”Uuhh... sempit banget sih," erang Aki Uum akibat jepitan dinding vagina
Lidya yang sempit saat ia mulai menggerakkan kontolnya pelan,
menyetubuhi tubuh mulus sang istri.
Aku yang melihatnya, kembali memegang dan mengocok-ngocok penisku pelan-pelan. Aku tak mau ketinggalan momen langka ini.
”Auhh,” Lidya merespon dengan rintihan lembut saat Aki Uum mulai
menaikkan tempo permainannya, ia terus menyodok sambil sesekali
menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan untuk variasi. Tak
ketinggalan tangannya meremasi pantat Lidya yang putih mulus.
”Ahh... ahh...” sang istri makin menggeliat keenakan, desahannya pun
semakin jelas terdengar. Aki Uum merundukkan badannya agar bisa menyusu
ke toked Lidya yang bulat besar, ia mengemut dan menarik-narik putingnya
dengan gemas. Selain toked, ketiak Lidya yang bersih juga tak luput
dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli-geli nikmat bagi sang
istri.
”Auw... ahh... ahh.. uhh...” Lidya mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala dan menggigiti ujung jarinya.
Kini Aki Uum merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhnya dari
meja, dibuatnya Lidya menungging dengan kedua lutut bertumpu di lantai,
tetapi badan atasnya masih di atas meja sehingga kedua tokednya yang
bulat besar tertekan hingga gepeng. Jleebb!! Aki Uum kembali menusuknya,
tapi kali ini dari belakang. Posisi ini membuat sodokannya terasa
semakin deras dan nikmat. Lidya ikut menggoyangkan pantatnya untuk
menyambut genjotan itu sehingga terdengar suara plak-plok-plak-plok saat
badan mereka beradu kencang, bercampur dengan dengan erangan Lidya yang
tak lama kemudian kembali menyambut orgasmenya.
Air cinta mengucur deras dari liang surgawinya, terlihat dia jadi lemas
sekali setelah sebelumnya mengejang hebat. Keringat sudah membasahi
tubuh sintalnya, begitu banyaknya hingga menetes-netes di meja loteng.
Namun Aki Uum sepertinya masih belum selesai, nampak dari kontolnya yang
masih tegak dan menegang panjang. Aku jadi geleng-geleng kepala
dibuatnya, makan apa dia hingga bisa jadi kuat seperti itu. Aku harus
mengetahui rahasianya! Lidya sekarang diangkat dan dibaringkan di kursi
panjang. Aki Uum kembali menghampiri dan menghimpitnya. Diciumnya
sejenak bibir tipis Lidya sebelum akhirnya mengangkat salah satu kaki
perempuan cantik itu dan mulai mendekatkan batang penisnya ke vagina
Lidya. Dengan dibantu tangan sang istri dan dorongan badannya, masuklah
kontol Aki Uum kembali ke vagina Lidya. Mereka mulai menggenjot ringan,
dan berangsur-angsur menjadi bertambah kencang seiring waktu yang terus
berlalu. Lidya menolehkan wajah menatap rumahku, tapi tentu saja ia
tidak dapat melihatku. Malah aku yang bisa melihatnya begitu jelas saat
ia mengeluarkan desahan nikmat dari mulutnya yang tipis.
”Hmm...” rintihnya saat Aki Uum kembali melumat ujung tokednya dan
mengisapnya dengan begitu rakus dan gemas, membuatnya jadi semakin
lancip dan menegang tak karuan.
Aki Uum memang sungguh perkasa, dia sudah dua kali membuat Lidya
kelojotan, sementara dia sendiri tampak belum apa-apa. Pantas dia berani
menantangku. Aku yang cuma menonton dan ngocok sendiri saja sudah mulai
kecapekan, tapi si Aki masih dengan brutalnya mengesek-gesekkan
penisnya ke lorong vagina sang istri. Sungguh sangat luar biasa sekali.
Dan itu terus berlangsung sampai 20 menit kemudian. Mataku sampai pedih
saat melihatnya, hingga akhirnya... dengan didahului teriakan panjang,
Aki Uum pun klimaks. Pejunya yang hangat mengalir mengisi liang vagina
Lidya. Nafasnya terlihat memburu dan sangat ngos-ngosan, dan dia
langsung ambruk menindih tubuh molek Lidya yang terlihat tak kalah
lelahnya begitu alat kelamin mereka terpisah. Aku yang puas menonton
segera turun ke bawah. Aku konak dan butuh pelampiasan. Mira,
mana Mira?! Kucari istriku yang dari tadi sibuk memasak di dapur. Segera
kupeluk tubuhnya begitu sudah kutemukan. Kupencet-pencet toked kirinya
dan kumainkan pentilnya. Seperti biasa, kalau di dalam rumah, Mira tidak
pernah memakai daleman. Pahanya kubuka lebar-lebar dan tanganku lekas
bermain diantara kerimbunan jembut vaginanya, kukocok benda yang baru
kunikmati selama 2 bulan itu dengan dua jari. Tak ketinggalan bahu
kirinya yang mulus kucupangi dengan bibirku.
”Ahhh... Mas!” Mira hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan
kepasrahan dan rasa nikmat. Sudah biasa ia kuperlakukan seperti itu,
kuserang saat sedang tidak siap, jadi dia sudah tidak kaget lagi.
Mira kemudian kudorong ke bawah, menuju ke selangkanganku. Tahu apa yang
kuinginkan, ia segera menggenggam batang penisku dan mulai memainkannya
di mulut. Diawali dengan menjilati kepala penisku hingga basah, lalu
menciumi bagian batangnya, dan diteruskan hingga ke biji pelirku.
Kantong bola itu ia emut-emut disertai dengan mengocok batangnya
menggunakan tangan.
Perlahan tapi pasti, penisku mulai ereksi penuh. Kunikmati sekali
permainannya, mataku terus merem-melek sambil mendesah tiada
henti-hentinya saat Mira mulai mengulum dan menghisap-hisapnya. Lama
juga ia mengoralku, sebenarnya aku ingin Mira menerapkan tekniknya
Lidya, tapi aku tak tega meminta saat kulihat ia mulai kepayahan. Itu
bisa ditunda buat kapan-kapan, yang penting sekarang hasratku terpenuhi
dulu. Segera kuangkat dan kupagut bibirnya, Mira membalas dengan tak
kalah panas, ia memainkan lidahnya sambil tangannya memijat-mijat batang
penisku. Kudorong tubuhnya agar berbaring telungkup di meja dapur,
kutelanjangi dia agar bisa kulihat tubuh sintalnya yang selama ini sudah
menemani hari-hariku. Kubelai dan kucium punggungnya yang putih mulus.
”Ahh... Mas!” Mira mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Apalagi
saat ciumanku makin turun ke arah pantatnya yang bulat dan padat,
kusapukan lidahku pada bongkahannya yang putih, kuciumi, bahkan
kugigit-gigit kecil hingga membuat Mira menjerit keenakan.
”Ughh...” Mulutku turun ke bawah lagi, kuciumi setiap jengkal kulit
pahanya yang halus mulus. Betis kanannya kutekuk sehingga kakinya jadi
lebih lebar terbuka.
”Auw... Mas!!” Mira sedikit tersentak saat mulai kusentuh liang
vaginanya, dua jariku masuk ke liangnya yang sempit, sementara satu jari
menggosok-gosok itilnya yang menyembul kemerahan. Bulu-bulu jembutnya
aku sibakkan hingga ia bisa merasakan hembusan nafasku yang begitu
dekat. Mulai kujilati kemaluannya sambil tanganku terus mengocok lembut
di sana.
”Ahh... hah... hah...” Mira tertawa-tawa kecil sambil mendesah hebat.
Dia memang suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Puas menjilat, segera kuangkat pantat bulatnya ke atas, kusuruh dia
untuk sedikit menungging. Sesaat kemudian, Mira menjengit saat batang
tumpulku mulai menyeruak masuk ke liang vaginanya. Ia terpejam
menghayati momen-moment saat penisku mengisi liang senggamanya.
”Ahhh...” Mira tak kuasa menahan desahan saat aku mulai menghujam-hujamkan penisku ke dalam tubuhnya.
Rasanya sungguh luar biasa, terutama waktu kuputar-putar penisku di
liang vaginanya yang sempit dan ketat, rasanya seperti dipijit dan
dicekik saja, membuatku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu.
”Mir, enak...” bisikku di telinganya.
Kocokanku bertambah cepat dan kasar, otomatis erangan Mira pun semakin
bertambah tak karuan, sesekali bahkan ia menjerit kalau sodokanku
terlalu keras.
”Terus, Mas... terus... jangan berhenti!” Mira meminta. Selangkangannya
yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap kali menerima
tusukan penisku. Ia merintih dan meringis karena nyeri, namun juga
merasa nikmat.
Kurasakan dia sebentar lagi akan klimaks, dinding-dinding vaginanya
terasa berdenyut kencang memijit batang penisku yang masih bergerak
cepat.
”Ayo, Mas... terus... Mira sudah mau...” desahnya dengan nafas tersengal-sengal.
Tak lama kemudian kurasakan tubuhnya menggeliat sambil mendesah panjang
menandakan orgasmenya yang sudah tiba. Kurasakan air cinta mengucur
deras membasahi selangkangannya yang masih dipenuhi oleh batang penisku.
Aku yang juga merasa sudah hampir meledak segera menarik penisku hingga
terlepas. Kubalik tubuh Mira dan pejuhku kukeluarkan di atas
payudaranya, setelah itu kuratakan cairan kental itu ke seluruh tokednya
hingga basah mengkilap. Tersenyum keenakan, Mira segera meraih batang
kontolku dan membersihkannya. Ia menjilati sisa-sisa pejuhku hingga
bersih.
”Kenapa gak dikeluarin di dalem aja, kan lebih nikmat?” tanya Mira dengan keringat bercucuran di seluruh tubuhnya yang sintal.
”Pengen variasi aja,” jawabku dengan cepat karena ngos-ngosan.
Selesai itu, kami berbenah. Terbayar deh rasa penasaranku akibat ngintip
si Aki-Aki gila. Meski tidak 100% tapi cukup untuk meredam hasratku
hari itu. Pertandingan selesai. Sore itu juga, tergopohlah aku
mentraktir Aki Uum di warung sate kambing di mall depan kompleks.
Kebetulan sore-sore itu para istri sibuk arisan juga.
"Saya ngaku kalah, Ki. Nggak apa, kan... saya nggak usah nyoba nandingin?"
"Ya udah, nggak apa. Nandingin juga percuma, saya nggak bisa lihat. Mata
saya kan udah burem, kacamata kemaren pecah," begitu dia bilang.
"Gile bener. Mata sih burem, tapi giliran sama Lidya, perkasanya kayak
superhero!" aku memujinya. "Eh, ngomong-ngomong, boleh tahu apa
rahasianya bisa dahsyat kayak tadi siang itu?" Jelas... aku penasaran
dong.
Si Aki pun nyengir. "Hehehe... itu tadi sebenernya saya ada salah megang."
"Salah megang? Salah megang apa?" tanyaku.
"Salah megang tiang lampu. Lha padahal, tiang lampu itu kan nyetrum!" katanya.
Whahaha... Saya pun ngakak abis. "Kirain sakti... Ternyata Aki tadi bisa
bergetar dahsyat 20 menit itu karena kesetrum?!! Hahaha... dasar
koplak!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar