Sabtu, 06 Oktober 2012

Tini pembantu baru ku



Cerita Dewasa yang akan saya suguhkan kali ini adalah mengenai pengalaman seksku yang sangat indah. Hari berganti hari bulan-bulanpun berganti tahun.Kasih sayang yang aku curahkan begitu tulus.Wanita yang hadir dilalam hidup ku sungguh wanita yang paling sempurna dimataku, sempat terlintas dibenak ku “aku adalah sosok lelaki yang beruntung memperistrinya”, istriku adalah wanita yang lemah lembut setiap tutur sapanya mampu manarik perhatian bagi siapa saja yang bertemu.

Bukan itu saja, istriku juga seorang yang sangat peduli akan bakti sosial atau kegiatan yang berbau sosial jadi pantas rasa kemanusian nya tinggi. Dia mampu menilai sisi-sisi hidup dan kehidupan manusia rasa tenggang rasa sesama. Sungguh aku makin kagum, tingkat beragaamanya yang tinggi hingga tak pernah lupa sedikitpun untuk menjalankan apa yang diperrintahNya, agama adalah pegangan hidupnya” itulah tuturnya”.Semua ku jalani dengan begitu bahagia hingga aku menemukan pengalaman yang mampu merobek jaringan cinta kami. inilah kisahnya nya” Pengalamanku saat aku baru menikah 1 tahun, saat itu aku sudah berumah tangga sendiri, karena istriku juga bekerja maka kita mengambil seorang pembantu melalui biro jasa. Pembantuku masih muda sekali usianya kira-kira 16 tahun hanya kulitnya agak putih dan bersih. Dia sampai saat terjadinya kejadian ini sudah bekerja kira-kira 6 bulan.

Saat itu aku ada keperluan mengambil surat-surat yang tertinggal di rumah, pembantuku Sutini namanya tapi panggilannya Tini yang membukakan pintu. Karena aku mencari surat yang tertinggal agak lama maka pintu ditutup lagi oleh Tini dan Tini kelihatannya langsung mandi. Akhirnya aku temukan suratku itu, tapi karena Tini masih mandi maka aku tunggu sebentar untuk menutup pintu depan. Aku duduk di pinggir tempat tidur, memang jendela kamarku menghadap ke belakang sehingga bisa lihat kebun juga kamar serta kamar mandi pembantu yang letaknya di belakang kebun menghadap jendela kamarku.

Pintu kamar mandinya kemudian terbuka dan Tini keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk dililitkan ke tubuhnya. Mungkin dianggap rumah sepi tak ada yang tahu jadi dia berani begitu pikirku. Diam-diam aku perhatikan terus, Tini memasukkan pakaian kotornya ke ember cucian dan kemudian balik masuk ke kamarnya. Kamarnya juga tidak ditutup, Tini kelihatan mengambil pakaian dari lemarinya.

Lalu Tini melepas handuknya dan mengeringkan lagi tubuhnya. Wah, terlihat sekali badannya yang langsing dan putih bersih dengan buah dadanya yang hanya kecil dengan puting warna merah jambu serta kemaluannya yang masih belum ditumbuhi rambut sedikitpun. Kemudian Tini memakai BH-nya yang tanpa spons dan CD yang mini, lalu memakai rok bawahan dan kaos. Melihat tubuh yang kecil, bersih dan indah itu nafsuku bergairah. Setelah Tini selesai menyisir rambutnya yang pendek ala Yuni Sara dan membedaki mukanya, aku langsung panggil dia.
“Tin”
“Iya pak”.

“Aku tolong pijit sebentar leher dan kepalaku sebab pusing”, sambil aku duduk di kursi makan. Kemudian Tini memijit leherku, walaupun kecil tubuhnya tapi pijitannya cukup mantap. Habis memijat leher, aku minta mijit bagian dahi dan pelipis kiri dan kanan. Tini mulai memijitnya, tapi karena kepalaku goyang-goyang lalu kepalaku tiba-tiba ditariknya ke belakang dan disandarkan ke dadanya. Aku jadi semakin greng walaupun buah dadanya kecil sehingga aku hanya merasakan sandarannya agak empuk. Ulahnya membuat penisku mulai bangun sedikit-sedikit, aku jadi penasaran lalu kucoba tanganku kuturunkan dan menyentuh kakinya. Ternyata Tini diam saja tak bereaksi negatif. Lalu kuberanikan untuk meraba pahanya, ternyata Tini tetap diam saja dengan memijit dahiku terus.

Rabaanku kuteruskan dengan 2 tangan di paha kiri dan kanan sambil kupijit pahanya dan tangan kananku terus merambat ke atas sampai ke kemaluannya yang tertutup celana dalam. Saat itu Tini masih diam terus, lalu jariku coba kususupkan kedalam CD-nya untuk mengutak-atik lubang kemaluannya, saat itu Tini mulai mendesis dan menggoyangkan pantatnya, “Sseett.. aduh Pak geli kena kelentitku”. Tetapi karena Tini tidak lari dan tetap memijitku terus maka pekerjaan tangan itu tak berhenti dan terus berjalan sampai akhirnya tangannya lepas tak memijit lagi dan memegang lenganku erat-erat sambil berbisik,
“Pak.. pak.. Tini nggak tahan minta yaak pak?”
“Minta apa Tin?” tanyaku.

Tini tak menjawab hanya memberi kode dengan tangannya yang digenggam dengan jempolnya dijepit antara jari tengah dan telunjuk, yang berarti minta disetubuhi. “Katanya kamu masih gadis”, kataku. Tini lalu cerita, dia sudah dijodohkan di desa kira-kira tahun yang lalu. Pada saat pulang Lebaran kemarin, dia sudah digauli oleh pacarnya itu sampai beberapa kali.

“Karena sudah merasakan digauli itu, Tini jadi sering kepingin begitu lagi sekarang” katanya. Dia cerita lagi,
“Apalagi Tini sering lihat bapak dan ibu kalau main, jadi nafsu Tini sering bergelora.”
“Darimana kamu lihat”, tanyaku.
“Ngintip dari celah kordin kamar bapak”, katanya polos.
“Apa tiap malam kamu ngintip”, tanyaku.
“Tidak pak, cuma Tini tahu kebiasaan ibu sebab tiap kali ibu memakai pakaian tidur yang tipis yang kelihatan BH dan CD-nya itu baru Tini ngintip sebab selalu main”. Lanjutnya,
“Tini nafsu sekali kalau lihat ibu dengan telanjang lalu mengisap penisnya bapak dan saat bapak meniduri ibu sampai ibu keluar lendirnya. Tini juga lihat ibu yang dengan lahapnya meminum air maninya bapak yang disemprotkan dalam mulutnya ibu.”

“Kalau gitu kamu lihat semua cara-cara bapak dan ibu kalau main?” tanyaku.
“Iya pak, kalau di desa pacar Tini kalau main ya cuma biasa seperti orang desa itu. Tidak seperti ibu kadang duduk di atas, kadang bolak-balik ibu menghisap penis bapak dan bapak menghisap kemaluan ibu.”
“Tini kamu datang bulannya kapan?” tanyaku.
“Sudah lama pak, ini mungkin seminggu lagi dapat haid”, sahutnya.
Karena Tini kepingin dan sudah bukan perawan lagi, lagi pula tak masa subur langsung aku berdiri dan kulepasi pakaianku dan Tini kusuruh mengambil kasur lipat di gudang dan dipasang di sebelah meja makan. Aku langsung tiduran dan Tini kuminta menghisap penisku. Walaupun Tini sudah lihat teknik-teknik bermain cinta, tetapi karena belum dipraktekan jadi rasanya belum nikmat seperti istriku.



Tini kusuruh melepas semua pakaiannya sampai bugil. Lalu buah dadanya kucoba kuremas tapi karena masih kecil jadi sulit, aku hanya bisa memencet putingnya lalu kuhisap-hisap juga sampai mengusap-usap kemaluannya yang gundul. Tini memegang penisku dan menciuminya sambil bekata, “Kalau penis orang desa itu kecil-kecil Pak tidak ada yang gede seperti punya bapak ini. Kalau gede kan bisa marem rasanya.” Saat kupegang dan kumasukkan jariku kelubang kemaluannya selain memang masih sempit lubangnya juga lendirnya sudah banyak sekali tetapi encer tak sekental punya istriku. Ada lendir cewek yang banyak ini, aku makin bernafsu, Aku minta Tini main 69 atau bolak-balik menurut istilahnya. Tini yang di atas sambil menghisap penisku dan aku di bawah mempermainkan kemaluannya dengan mulut dan lidahku. Clitorisnya kujilati sambil lubang kemaluannya kumasuki 2 jari dan kugelitik bagian dalamnya.

“Aduuh.. pak. Kemaluanku geli sekali rasanya.. aduuh Tini mau keluar lendirnya pak.” Mendengar itu langsung lubang kemaluannya kucucup dan terus kusedot-sedot dengan kuat sampai terasa, suur.. suur.. suur, dengan disertai rintihan Tini, “Pak.. pak.. air santannya Tini sudah keluar semua.” Kemudian kulihat lubangnya ternyata masih cukup banyak air santannya di lubangnya dan setelah kusedot lagi kubersihkan santan-santan yang lepas menempel di bibir kemaluannya dan terasa penuh mulutku dengan maninya.

Saat kutelan rasanya sama seperti punya istriku yaitu asam-asam asin, hanya punya Tini lebih banyak tapi encer. Mungkin makin berumur lendirnya makin kental. Karena aku belum keluar maka segera kutancapkan penisku ke lubangnya. Begitu kumasukkan total seluruh batang penisku, Tini merintih, “Ssst.. aduh enaknya, Pak burung bapak rasanya nikmat sekali beda jauh dengan punya pacar saya.”

Rintihan itu makin membuatku garang dan kuhunjamkan terus dengan agak keras dan cepat penisku ke lubang kemaluannya sampai Tini betul-betul tak tahan nikmatnya dengan menggelinjang-gelinjang terus. Pikirku pembantu yang kurang ajar berani mengintip ini mesti diajar betul. Kira-kira 10 menit berlalu baru aku mencapai klimaks dan kemaluannya kusemprot dengan maniku dan Tini berbisik, “Aduuh hangatnya penisnya bapak dan air maninya.” Selesai main Tini kuminta mencuci penisku di kamar mandinya. Sambil mencuci Tini bilang, “Waah, bapak mainnya hebat sih, pantasan ibu sering minta terus.

Tini juga nanti minta lagi ya!” Aku menyanggupi permintaanya asal jangan saat masa subur dan kira-kira jam 10 pagi. Aku menyanggupi karena kupikir tubuhnya bersih dan tak ada penyakitnya serta karena baru seorang yang pakai yaitu pacarnya walaupun buah dadanya kecil, tapi putingnya kalau dihisap, dia terangsang banget. Jadi kalau nanti kepingin ditiduri, Tini pura-pura batuk-batuk kecil saat mengepel lantai ruang tamu dimana saya selalu duduk membaca koran. Lalu dia memberi koda manggut-manggut. Kejadian ini berulang terus kira-kira setiap 2 minggu sekali selama kurang lebih 4 bulan sampai akhirnya dia pamit keluar karena disuruh menikah.

Jumat, 05 Oktober 2012

perkosa anak kost

"Aku pulang." Kata Andi.

Seperti biasanya, setelah melemparkan tasnya ke dalam kamarnya, dia langsung menuju dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Akan tetapi, alangkah terkejutnya dia, saat dia sampai di dapur, dia melihat seorang cewek berambut panjang yang tidak dikenalnya sedang memasak indomie.
Andy spontan berkata dengan agak kasar. "Siapa kamu!"

Cewek itu membalikkan tubuhnya, dan terlihatlah dua buah dada yang besar dan montok, pinggul yang ramping serta sepasang kaki yang halus.

Andy terkesima sejenak, apalagi cewek itu sedang mengenakan celana pendek serta T-shirt berwarna putih yang tidak menutupi bagian pusarnya.
"Er... saya... saya mahasiswa baru yang akan menginap disini." Jawab cewek itu, wajahnya yang cantik dan polos kelihatan cemas dan khawatir, karena dia takut dia akan disangka maling.

"Oh iya." Kata Andy. Dia baru teringat akan perkataan orang tuanya, bahwa ruang kosong yang ada di lantai satu akan disewakan kepada dua orang mahasiswa tahun pertama.
"Tapi... bukankah ada dua orang? Yang satu lagi ada dimana?" Tanya Andy.
"Er... teman saya besok baru bisa datang." Jawab gadis itu.
"Oh, begitu ya, em... nama saya Andy. Barusan... sori yah, soalnya saya lupa." Kata Andy dengan wajah yang agak memerah, soalnya barusan dia telah membentaknya dengan keras.
"Oh, tidak apa-apa. Nama saya Elisa." Kata gadis itu.

*****

Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore. Andy sedang duduk di lantai kamarnya, nafasnya terengah-engah, tangan kirinya sedang membalik-balik halaman majalah Playboy yang dia pinjam dari temannya, sementara tangan kanannya sedang mengocok-mengocok penisnya dengan cepat.

Tidak lama kemudian, saat dia merasa akan orgasme, dia cepat-cepat mengambil kantong plastik yang sudah disediakan disampingnya, lalu disemprotkan spermanya ke dalam kantong plastik tersebut.

Untuk beberapa saat, Andy duduk termenung di lantai kamarnya, sambil membayangkan tubuh Elisa yang seksi.

*****

Saat itu Elisa sedang tidur menghadap ke samping sambil memeluk gulingnya. Andy lalu berdiri di samping tempat tidur Elisa sambil menatap posisi tidurnya. Saat Andy melihat wajah Elisa yang polos dan lembut, untuk sesaat gairah sexnya hilang, digantikan oleh suatu perasaan aneh yang bergejolak di hatinya.

Namun saat Andy melihat punggung Elisa, terlihat baju piyamanya agak tersingkap ke atas, dan celana dalamnya yang berwarna cerah menyembul keluar dari celana panjangnya. Tiba-tiba saja, gairah sex Andy muncul kembali.

Andy lalu dengan tangan yang gemetaran mencoba memegang pantat Elisa, dan pada saat tangannya bersentuhan dengan pantat Elisa, kontan batang penis Andy menegang.

Andy biasanya hanya melihat cewek bugil melalui majalah atau VCD porno saja, jadi dia tidak pernah melihatnya secara langsung. Pada saat ini, seorang cewek seksi sedang terbaring di depan matanya, tentu saja gairah sex-nya langsung mencapai batas maksimal.

Akhirnya Andy tidak tahan lagi. Dia lalu memutarkan tubuh Elisa ke arahnya, melepaskan tangan Elisa dari gulingnya, lalu mengambil guling tersebut dan meletakkannya di atas lantai.

Kemudian Andy melepaskan kancing baju Elisa satu persatu. Saat Andy selesai membuka baju tidur Elisa, terlihatlah, BH yang berwarna putih dan bercorak bunga-bunga menutupi buah dada Elisa yang besar dan berkulit putih mulus, pada saat ini, batang penis Andy kontan menegang hingga batas maksimal. Saat-saat ini hampir sama seperti saat Andy melihat gambar porno untuk pertama kalinya.

Dengan tangan yang semakin gemetaran, Andy lalu mengelus-elus dada Elisa yang halus dan mulus yang masih terbungkus BH itu dengan perlahan-lahan. Saking bergairahnya, Andy bahkan merasakan bahwa batang penisnya ikut bergetar.

Andy lalu menurunkan celana panjang Elisa perlahan-lahan sampai pada lututnya, dan terlihatlah celana dalam Elisa beserta pahanya yang putih mulus.

Tangan kanan Andy lalu mengelus-elus paha Elisa yang lembut itu, sementara tangan kirinya meremas-remas bagian atas dada Elisa yang tidak tertutup oleh BH dengan perlahan-lahan. Setelah mengelus-elus paha dan dada Elisa selama beberapa saat, Andy merasa bahwa dia sudah tidak tahan lagi. Ingin rasanya dia melepaskan celana dalam Elisa, dan menusukkan batang penisnya kuat-kuat ke dalamnya.

Akan tetapi, pada saat inilah Elisa terbangun dari tidurnya. Saat Elisa membuka matanya, dia sangat terkejut karena seseorang sedang berdiri di samping tempat tidurnya sambil memegangi paha dan dadanya. Kontan dia menjerit "Tolong...!"

Melihat hal ini, secara refleks Andy langsung menutup mulut Elisa dengan tangan kanannya, dan dia juga segera tidur tertelungkup di atas tubuh Elisa supaya Elisa tidak melarikan diri. Namun Elisa juga tidak menyerah begitu saja, dia terus berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Andy, kedua tangannya terus sembarangan pukul, dan kedua kakinya juga terus-menerus menendang.

Selama kira-kira lima menit, Elisa terus meronta dan meronta, namun biar sekuat apapun dia memukul dan menendang, dia tetap tidak dapat menyingkirkan tubuh Andy yang sedang menekannya dengan keras. Namun pada saat sinar bulan yang melalui jendela mengenai wajah Andy, wajah Elisa memperlihatkan ekspresi terkejut yang teramat sangat. Air mata tiba-tiba mengalir turun membasahi pipinya, dan entah kenapa, perlawanan Elisa berangsur-angsur melemah, dan pada akhirnya dia malah tidak memberikan perlawanan sama sekali, entah karena tenaganya telah terkuras habis, atau karena dia sudah pasrah akan nasibnya, atau mungkin juga karena alasan lain.

Rintihan dan rontaan Elisa tadi malah membuat nafsu sex Andy semakin meningkat, dan pada saat ini nafsu sex-nya sudah mencapai tahap klimaks. Melihat Elisa yang sudah tidak memberikan perlawanan lagi, Andy langsung meremas-remas tubuh Elisa dengan kasar.

Mula-mula Andy melepaskan tangan kanannya dari mulut Elisa dengan perlahan-lahan. Setelah melihat bahwa Elisa tidak berteriak lagi, dia langsung meremas-remas kedua dada Elisa yang masih terbalut BH berwarna putih itu dengan bernafsu.

Tidak lama kemudian, dia pun merobek baju piyama Elisa, dan membuangnya ke lantai. Rintihan kesakitan Elisa membuat Andy semakin bergairah. Andy lalu melepaskan celana panjang Elisa dan sementara kedua tangannya tetap meremas-remas dada Elisa, lidahnya menjilat-jilat vagina Elisa yang masih terbungkus oleh celana dalam itu.

Setelah selang beberapa waktu, Andy lalu menciumi bagian dada Elisa yang tidak tertutup oleh BH, sekaligus menjilatinya. Andy juga menciumi bagian leher dan bibir Elisa dengan paksa.

Setelah puas menciumi Elisa, Andy lalu melepaskan BH dan celana dalam Elisa, sehingga sekarang Elisa sedang dalam keadaan telanjang bulat dan dalam posisi tidur terlentang di atas tempat tidurnya.

Melihat kedua dada Elisa yang besar dan berisi, serta vaginanya yang dipenuhi oleh bulu-bulu halus, Andy tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Dia langsung melepaskan baju, celana, dan celana dalamnya, sehingga mereka berdua sekarang dalam keadaan telanjang bulat.

Tangan kiri Andy lalu meraba-raba vagina Elisa, sementara tangan kanannya memutar-mutar puting susu Elisa. Perbuatan Andy membuat tubuh Elisa sedikit bergetar karena saking gelinya. Tidak lama kemudian, Andy merasakan vagina Elisa mulai basah dan mengeluarkan cairan.

Andy lalu menusukkan batang penisnya ke dalam vagina Elisa. Tindakan ini, membuat Elisa menjerit kesakitan, namun Andy sudah tidak peduli lagi. Walaupun Elisa menangis terisak-isak, Andy tetap saja mencengkram kedua dada Elisa sambil memompa vaginanya dengan keras. Andy yang sekarang sudah kehilangan akal sehatnya dan sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Sekarang tujuannya hanya satu, yaitu menyetubuhi gadis yang sekarang sedang tidur terlentang di hadapannya.

Namun entah karena rasa takut atau malu, Elisa berusaha untuk menahan dan memperkecil suara teriakannya.

Sementara itu, Andy terus menggerakkan pantatnya naik turun sesuai irama. Rintihan kesakitan Elisa hanya membuatnya semakin bersemangat.

Walaupun penis Andy sedang melakukan tugasnya keluar masuk vagina Elisa, tangannya juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya terus meremas-remas kedua dada Elisa dengan keras, sehingga kadang-kadang Elisa merintih. "Ahh... sakit bang... AHH... jangan bang...."

Setelah memompa vagina Elisa selama kira-kira 15 menit, Andy akhirnya menyemburkan spermanya ke dalam vagina Elisa, membuat Elisa menjerit tertahan.

Biasanya setelah ejakulasi penis Andy akan menjadi lemas dan mengecil, dan dia juga akan terduduk lemas, akan tetapi karena ini adalah pertama kalinya Andy melakukan sex nyata dengan seorang wanita, sehingga penisnya tetap saja menegang, dan rasanya dia masih punya kekuatan untuk melakukannya sekali lagi, atau bahkan mungkin dua kali lagi.

Namun Andy tidak ingin terburu-buru, dia ingin menikmati malam ini hingga sepuas-puasnya. Andy lalu memain-mainkan kedua dada dan puting susu Elisa. Mula-mula dia meremas-remas dada Elisa, seperti tukang susu yang sedang memerah susu sapi. Lalu dia memutar-mutar puting susu Elisa, dan menjilatinya serta menghisapnya.

Mulut Andy menghisap-hisap dada sebelah kiri Elisa, sedangkan tangan kanannya meremas-remas dada Elisa yang satu lagi. Lalu tangan kirinya digunakan untuk meraba-raba paha dan vagina Elisa.

Gerakan Andy yang makin lama makin mengganas itu membuat Elisa merintih dan meronta. "Jangan bang... cukup bang... ahh... Akhhh... sakit bang...." Namun Andy tidak peduli. Andy dengan tubuhnya yang lumayan kekar itu tetap menekan tubuh Elisa, sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.

Setelah menghisap puting susu Elisa selama beberapa saat, Andy lalu menurunkan kepalanya sampai sejajar dengan vagina Elisa, dan diapun mulai menjilat-jilati vagina Elisa. Mula-mula Andy menjilati bagian luar vagina Elisa. Kemudian secara perlahan-lahan dia pun mulai menjilati bagian dalam vagina Elisa, sambil sesekali menusuk-nusukkan lidahnya kedalam vagina tersebut.

Gerakan lidah Andy yang semakin mengganas itu membuat Elisa merintih dan mengerang. "Ah... geli bang... Ahh... Ahhh... AHHH... jangan... bang...."

Setelah puas menjilati vagina Elisa, Andy lalu mengangkat kedua kaki Elisa dan meletakannya di atas kedua pundaknya. Andy lalu kembali menusukkan penisnya ke dalam vagina Elisa dan menekan kedua paha Elisa hingga menyentuh kedua dadanya sendiri, lalu Andypun mulai memompa vagina Elisa lagi.

Melihat hal ini, Elisa berusaha untuk menolak tubuh Andy. Namun tenaganya saat ini sudah terkuras habis, sehingga dia hanya pasrah saja, sambil sesekali merintih dan mengerang.

Mula-mula pantat Andy bergerak maju mundur dengan perlahan, dan gerakannya sedikit demi sedikit dipercepat. Namun sesudah lebih dari 10 menit, pantatnya digerak-gerakkan dengan cepat dan kasar, sehingga suara rintihan Elisa terdengar semakin keras dan terputus-putus.

Tidak lama kemudian, Andy pun menembakkan spermanya ke dalam vagina Elisa untuk yang kedua kalinya.

Walaupun sudah berejakulasi untuk yang kedua kalinya, namun nafsu sex Andy tetap saja tinggi. Dia lalu mengganti posisi Elisa dan mulai memompa vaginanya lagi, sambil meremas-remas kedua dadanya.

Kali ini Elisa tidak merintih dan meronta lagi, badannya tergeletak lemas di atas ranjang. Dia merasakan dada dan vaginanya sudah mati rasa. Matanya menatap ke atas rembulan yang sedang menggantung di langit malam. Pandangannya menerawang jauh....

Nafsu Birahi Gadis-gadis Pecinta Alam



Namaku Son, mahasiswa semester III, tinggiku 168 cm dan berat 58 kg.

Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-temanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini. Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.

Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman-temanku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu ini.

Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.

''Halo Mas?'' sapa salah satu cewek itu padaku.

Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.

''Halo juga'' jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
''Loh, dari mana, kok berduaan aja?'' tanyaku coba berbasa-basi.
''Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..'' jawab cewek itu sambil duduk di depanku.
''Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang'' lanjutnya kemudian.

Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.

''Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?'' jawabku.

Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.

Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.

Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.

''Mas namanya siapa?'' tanya cewek yang berambut pendek.
''Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina'' katanya lagi.
''Namaku Son'' jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
''Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih..'' tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
''Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih'' jawabku.

Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.

''Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?'' godaku pada Adek.
''Tolong deh Mas.. Adek capek banget" "Nanti gantian deh..'' rayu Adek padaku.
''Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?'' godaku lebih lanjut.
''Maunya tuh.. tapi bereslah..'' jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.

Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.

Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.

''Emangnya ini di warung'' kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.

Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.

''kamu sakit ya Lin?" tanyaku.
''Nggak Mas hanya kedinginan'' katanya pelan.
''Butuh kehangatan tuh Mas Son'' potong Adek sekenanya.

Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.

''Masih pada kuat jalan nggak?'' tanyaku pada 2 orang cewek ini.
''Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan'' lanjutku.

Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.

''Duer!!''

Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.

''Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang'' kataku sambil mematikan kompor parafinku.
''Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!'' perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.

Aku, Adek, dan Lina segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.

Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.

''Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali'' saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.
''Tapi copot sepatunya'' lanjutku kemudian.

Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,

''Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya'' ucapku pada Adek dan Lina.
''Mas Son gak kedinginan..'' tanya Lina tiba-tiba.
''Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?'' jawabku apa adanya.
''Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil'' kataku mencoba bercanda.
''Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga'' kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.

''Waduh, gak salah denger nih?'' pikirku.

Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.

''Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat'' kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.

Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.

''Badan Mas Son hangat ya Lin?'' kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
''Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi'' jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.

Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.

''Ehm..'' aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.

Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Adek.

''Ehm..'' Adek ternyata hanya berdehem pelan.

Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.

''Aah.. Mas Son'' suara Adek terdengar lirih.
''Ada apa Dek?'' tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.
''Kamu masih kedinginan ya?'' kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.

Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.

''Ah.. Mas Son..'' katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.

Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Adek bangkit.

''Mas Son, Adek ma.. masih kedinginan'' kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.

Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek ******ku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.

''Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss'' ucapku dalam hati.

Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Lina.

''Mas sakit Mas pundak Lina'' kata Lina tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Adek.
''Oh maaf Lin" jawabku dengan terkejut.

Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.

''Mas Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi'' kata Adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap ******ku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.

''Waduh.. bagaimana ini'' pikirku dalam hati.

Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.

Aku yakin walau suasananya remang-remang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.

''Ah.. ah.. Mas Son..'' gumam Adek lirih.
''Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah.." lanjutnya.

Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan ******ku. Kuremas pantat Adek sambil menggesek-gesekan ******ku pada daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.

''Aaahh.. sshh..''

Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.

Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat ******ku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.

Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.

''Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..'' ujarku dengan nafas tersengal.

Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang tangan Lina.

Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih ******ku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar ******ku kemudian mencium dan menjilat permukaan ******ku.

''Aah..'' aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum ******ku dan mengisapnya.
''Aargh .. Dek, enak sekali Dek" erangku.

''Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir'' gumamku dalam hati.

Saat Adek masih asik berkaraoke dengan ******ku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.

''Lin, aku ingin cium bibir kamu'' bisikku perlahan di telinga Lina.

Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina yang mungil itu.

''Eemh ..'' suara yang terdengar dari mulut Lina.

Tak ada perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat ******ku terus dipermainkan oleh Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Lina.

''Aah.. ah..'' Lina mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
''Ya diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta'' kata Adek tiba-tiba.

Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek tenyata dia sudah tidak menghisap ******ku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.

''Adek masukkin ya Mas'' kata Adek pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan ******ku ke lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.

Pelan tapi pasti Adek membimbing ******ku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari ******ku ke seluruh tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan ******ku masuk ke dalamnya.

''Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di tempik Adek" katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
''Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son" kata Adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.

Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Adek.

''Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas" erang Adek memelas.

Kujilati terus dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek menerima perlakuanku seperti kesetanan.

''Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo .. teruuss.. Adek mau dapet ni..'' katanya bernafsu.

Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.

''Eeemhp.. aaah..''

Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan lagi.

''Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat Mas Son'' kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan ******ku masih di dalam liang senggamanyanya.

Kurasakan detak jantung Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.

''Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya'' kata Adek pelan.

Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.

''Aah .. Mas Son..'' kata Lina pelan saat tetek kanannya kuhisap.

Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari ******ku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Lina sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.

Kubimbing tangan Lina untuk memegang ******ku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat ******ku dan seperti sudah alami Lina mengocok ******ku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.

''Aah .. Mas Son.. geli ..'' hanya itu komentar dari bibir Lina yang seksi itu.

Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.

''Aargh.. aah ..'' Lina mulai menggelinjang.

Lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat ******ku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.

''Ah.. Mas.. Son .. aah'' suara Lina semakin terdengar parau.

Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik Lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.

''Ah.. jangan Mas Son .. ah..'' kata Lina mendesis.

Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.

''Aah .. argh ..'' desis Lina pelan.

Posisiku saat itu dengan Lina seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral ******ku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.

''Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..'' teriak Lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan ******ku terasa sakit digenggam erat oleh Lina.
''Aaah.. Mas ..'' teriakan terakhir Lina bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.

Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.

''Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son..'' kata Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.

Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan ******ku sudah ada yang memegang lagi.

''Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu ngeliat Mas Son main sama Lina" kata Adek tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang ******ku.

Aku tak sempat menjawab karena Adek sudah mengulum ******ku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.

''Eeemph .. emmph ..'' Adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan ******ku.

Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya ******ku bisa muntah-muntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan ******ku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing ******ku untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan ******ku siap untuk menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan ******ku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.

''Aaah .. Mas Son ..'' desis Adek sambil menggoyang pantatnya.

Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari ******ku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.

''Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok'' kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.

Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.

''Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..'' lanjutnya keenakan.

Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan ******ku telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.

''Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah.." desis Adek histeris.

Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.

''Aaarg ..'' erangnya keras.

Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut ******ku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Adek.

''Crut.. crut..''

Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan mengenai teteknya.

''Aaah..'' akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.

Adek mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.

''Baunya seperti santan ya?'' komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.
''Ya udah. Semua dibereskan dulu'' kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini.
''Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya'' lanjutku kemudian.

Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.

Nadya, Gadis Berjilbab yang Tergoda

Hari itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2001, Nadya, seorang gadis yang alim dan berjilbab berniat mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan belajar yang katanya paling berkualitas di kota mereka untuk persiapan UMPTN 2001. Sesampainya di sana Nadya dan temannya disambut seseorang di tangga. Dia berkata, “Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di atas.” Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana. Belakangan Nadya tahu dia bernama Budi, tentor kelas IPA yang juga mengajarnya di kelas.

Tidak cakep sih mas itu, namun rayuannya membuat Nadya sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuat Nadya, yang lugu dan alim terkesima, apalagi saat mas Budi menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Nadya semakin kagum melihatnya. Dari hari ke hari mereka semakin akrab. Nadya pun biasa diantarnya pulang, mereka pun sering ngobrol bersama tentang masalah mereka karena mereka juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi mereka. Mereka juga seringbercanda. Mas Budi pun sesekali menyentuh Nadya, dan walaupun Nadya seringkali menolak, tetap saja Nadya merasakan sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.

Sampai pada suatu hari dia mengajak Nadya nonton. Awalnya Nadya ragu2, namun kemudian Nadya pun menerima ajakan itu. Mereka pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Nadya tampak canti saat itu dengan jilbab biru sedada dan kemeja putih bersih serta rok panjang lembut yang selalu Nadya pakai. Tidak lupa kaus kaki yang selalu menutupi kakinya yang putih bersih. Saat film tengah diputar, mas Budi tidak henti-hentinya melihat Nadya. Nadya pura-pura serius nonton, tapi Nadya sebenarnya juga melihatnya. Kemudian mas Budi mulai berani memegang tangannya, Nadya pun tak kuasa menolaknya dan saat mas Budi berkata, “Mas sayang kamu.” Serr.., rasanya Nadya tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya, apalagi ketika mas Budi mulai berani menyandarkan kepalanya di bahunya dan meletakkan tangannya di paha Nadya yang masih tertutup rok panjang. Nadya semakin tidak kuasa menepisnya.

Kemudian mas Budi pun memandang Nadya sejenak dan langsung menyambar bibirnya. Awalnya Nadya berusaha menolak. Namun karena serangan bibir mas Budi yang bertubi2 dan serangan birahi yang menggebu2, dengan agak canggung akhirnya Nadya menyambutnya. Nadya yang sudah terbakar napsu birahi untuk pertama kali dalam hidupnya lagi2 tak kuasa menolak saat sidah mas Budi menyusup kedalam mulutnya dan bertemu dengan lidahnya. Lidah mereka saling bertautan dan aroma nafas mereka saling memburu mereguk nikmatnya air liur mereka yang saling mereka tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi mereka duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas mereka ini. Baru sekali ini Nadya melakukan hal seperti ini. Apalagi sekarang Nadya melakukannya di bioskop, sehingga nadya juga merasa agak malu saat kemudian ia membayangkan. Bagaimana bila tiba2 orang2 mengetahui apa yang ia lakukan dengan mas Budi. Dimana martabatnya sebagai seorang gadis yang alim dan berjilbab? Namun pikiran itu tidak bisa mengalahkan gejolak birahi Nadya, justru malah membuatnya semakin terangsang. Itulah sebabnya Nadya sangat menikmatinya.

Mas Nadya yang satu ini pun semakin berani menyingkap rok panjang Nadya dan mulai mengelus-elus paha mulus Nadya yang kuning langsat itu,dan dia berkata, “Paha kamu mulus yah.., Mas jadi tambah sayang sama kamu. Pasti paha kamu belum pernah disentuh cowok kayak sekarang khan??” Kebetulan rok yang Nadya pakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru panjang lembut namun ada belahannya di pinggir yang menyebabkan tangan masnya ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua paha Nadya. Namun karena malu Nadya pun menahan tangannya, dan berkata, “Jangan Kak.” Mas Budi tidak memperhatikan kata-kata Nadya, dan tangannya terus memaksa masuk.

Sekarang celana dalam Nadya bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka mas Budi akan mendapatkan kemaluan Nadya yang sudah basah ini. Mas Budi berkata, “De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Mas. Ya Yang… ya..!” Nadya pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang mas Budi mau, namun tenaganya lebih kuat dari padanya, sehinggga slep.., jarinya menyentuh klitoris Nadya.

Nadya merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika mas Budi mulai memainkan tangannya di lubang Nadya bagian luar, mengelus-elus bulunya yang tipis dan menggesek-gesekkan klitorisnya yang sudah basah dengan cairannya. Sungguh sensasi yang luar biasa yang tak pernah tidak Nadya rasakan. Tidak sadar Nadya pun mulai menggelinjang dan mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil masih merasakan malu, “Ahh… ahh… Mas..,maaasss.., jang…jangaaan…. Mass..aaaakhh….!”

Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaranya. Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Mas Budi pun memandangi Nadya dengan mesranya. “Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tangan Nadya. Sambil berjalan turun, Nadya pun membetulkan rok dan jilbabnya yang sudah diacak-acak oleh mas Budi tadi.

“Maafin kelakuan Mas yah tadi.” mas Budi pun memecahkan kebisuan di antara mereka berdua. “Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. Nadya takut.” jawab Nadya. Mas Budi langsung merangkul pinggul Nadya dan mencium pipinya, sungguh sangat mesranya. Mereka pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.

“Turun dulu Kak..!” kata Nadya saat taxi sudah sampai di depan rumahnya. Mas Budi pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun bersama Nadya.

SEMUA KARYA CIPTAAN INI HANYALAH FIKSI, DAN EDITAN DARI SEBUAH KARYA YANG BERJUDUL SAMA. TIDAK BERMAKSUD MENYUDUTKAN GOLONGAN TERTENTU, SEMATA-MATA HANYA ISENG DAN KARENA MENYUKAI SEMUA JENIS GADIS, JUGA YANG BERJILBAB. (PEN.)

Nadya pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa keluarganya menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah, ibu dan bapak Nadya sering pergi ke rumah masnya yang paling tua, sehingga Nadya biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-saudaranya.

Nadya langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilnya. “Duduk Mas.., mo minum apa..?” “Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?” “Nggak ada Mas, lagi pergi kayaknya.” “Oohh..” Begitu percakapan mereka setelah mereka masuk. Nadya pun langsung masuk kamar untuk mengganti baju.

“Tunggu sebentar yah Kak.” kata Nadya, namun mas Budi langsung mengikuti Nadya ke dalam kamar dan menggendongnya ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarnya. “Mas mau apa..?” tanya Nadya lugu. “Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya. “Jangan Kak, Nadya takut..!” kata Nadya lagi tapi Mas Budi langsung memeluk Nadya dan menciumi Nadya dengan liarnya. Nadya yang juga sudah dari tadi terangsang menyambutnya dengan ciuman Nadya yang bernafsu.

“Achh.., ack.., ack..!” bunyi mulut mereka yang saling terpaut mesra. Mas Budi pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depan Nadya yang wajahnya mulai merah karena terbakar napsu birahi. Kemaluan Mas Budi yang menggelantung di depannya sangat besar, baru kali ini Nadya melihat secara langsung. Selama ini Nadya hanya melihat sesekali saat ia membuka situs porno di internet. Biarpun alim, namun Nadya suka membuka situs2 porno di internet. Nadya tidak kuasa menolak ketika mas Budi melepaskan seluruh baju Nadya, sehingga Nadya polos tanpa sehelai benang pun yang menempel pada tubuhnya, kecuali jilbab birunya yang memang sengaja tidak ditanggalkan oleh mas Budi. “kamu tampak lebih menggairahkan saat masih pake jilbab, sayang.” Bisik mas Budi lembut.

Di kamar Nadya sendiri, di atas ranjangnya sendiri, dimana ibunya biasa tidur bersamanya, sekarang Nadya sedang memegangi batang kemaluan tentornya yang amat panjang dan keras yang mas Budi sodorkan ke mulut Nadya. Walaupun sempat menolak karena agak jijik, namun akhirnya Nadya mau juga dan malah keenakan menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu Nadya kecil. Mas tentornya pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah.., ahhh.., enak Sayang.. terus..!” Terdengar juga saat itu, “Ckkc.. ckkk..!” bunyi hisapan mulut Nadya di batang kemaluannya. Terlihatlah pemandangan yang sangat menggairahkan, seorang gadis yang hanya memakai jilbab di tubuhnya sedang menjilati kemaluan seorang lelaki yang bukan suaminya.

Dalam posisi Nadya tidur dan mas Budi mengangkang di atasnya sambil kedua tangannya meraih payudaranya dan meremas-remasnya, Nadya pun keenakan dibuatnya. Ia sudah tidak ingat apa2 lagi, karena api birahi sudah menguasainya 100 persen. Mas Budi kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudara Nadya secara bergantian dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitoris Nadya dan sesekali menusuk masuk ke lubangnya yang sudah amat becek. Nadya pun merasa sangat nikmat dibuatnya. “Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Maasshh.. shhtt..kkk….. Kak eehhk.., ah.. aahh uhh aaah..!” begitulah teriakannya sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar biasa.

Mas Budi pun menjilati tubuh Nadya, turun dan turun hingga sampai kepada lubang kemaluannya yang ia garapmesra. Nadya pun melenguh keenakan, “Aahh.., aahhh… massshh.., Nadya mo pipiisshhh..!” Mas Budi seakan tidak menggubrisnya, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. Klitoris Nadya dimain-mainkan dengan lidahnya. Nadya hanya bisa merem melek dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian tubuhnya yang sensitif.

“Kakkk.., Kakkk.., Nadya pipiiishhh. Ahh.., aahh..!” Nadya pun mengeluarkan cairannya, namun mas Budi tidak berhenti menghisap vagina Nadya sampai semuanya dibuat bersih. “Oohh.., Kakkk.., enakk.. Kakk..!” Nadya seakan tidak perduli lagi apa yang Nadya ucapkan. Mas Budi pun mencoba menusuk Nadya dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi. mas Budi mau memuaskan Nadya dulu baru memikirkan nasib ‘adek’-nya.

Nadya pun segera melebarkan kakinya untuknya, pasrah memberikan diri Nadya untuknya. Mas Budi pun berusaha memasukkan batang penisnya ke arah vagina Nadya, namun agak sulit karena memang Nadya masih perawan. Nadya pun merasa sakit, namun karena mas Budi juga meremas payudara Nadya dan menghisap bibir Nadya, rasa sakit itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahanan Nadya berhasil ditembusnya. Nadya pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt Kaakkk..!” Mas Budi pun membelai kepala Nadya yang terbungkus jilbab, dan berkata, “Tahann ya uhh..!”

Mas Budi pun nampak keasyikkan menikmati jepitan Nadya, “Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!”Mereka pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting susu Nadya yang semakin mengeras. “Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh.., ohh.., uuhh..!” Mas Budi pun menghisap bibir Nadya dengan lembut. Tidak lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. Nadya mo pipiss lagiiihhh… Oohh Nadya sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…” keluarlah cairan Nadya.

Nadya pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhnya seiring keluarnya cairan di liang kenikmatan Nadya beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi sepreinya. Seketika itu juga Mas Budi mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluan Nadya dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah dan mulut Nadya, sampai membasahi jilbab Nadya. Nadya pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih.

Kemudian mereka pun menatap mesra, berpelukan dan tertidur bersama.

Liburan Keluarga

Saya Fian, 33 thn seorang pengusaha muda yang baru merintis . Cerita ini sebenarnya sudah lama berlalu. Namun, karena pengalaman yang sangat mengesankan sehingga sulit untuk dilupakan. Berawal dari liburan panjang ke rumah nenek di daerah Garut sekitar pertengahan 2003, waktu itu saya masih mahasiswa di sebuah pergutruan tinggi negeri di Jakarta. Di Jakarta saya tinggal koskosan di daerah Pejaten, Jak-Sel. Orang tua tinggal di Bekasi. Karena ingin menghemat makanya saya tinggal di dekat daerah kampus. Seminggu sebelumnya nenek menelepon saya untuk mengajak liburan ke rumahnya di Garut.

Nenek : “ an, km gimana kabarnya?”
Aku : “ baik nek. Ada apa tumben nelpon?”
Nenek : “Minggu depan kamu ada acara?”
Aku : “ ga ada nek, minggu ini sudah mulai liburan semester. Awalnya Fian mau ngambil semester pendek, tapi gak jadi deh. Mang kenapa Nek?”
Nenek : “ Kebetulan nenek mau ngajak liburan ke Garut, sekalian kumpul2 keluarga. Tadi nenek nelpon Ibu kamu tapi dia gak bisa Cuma kakak kamu Dina yang bisa, sekalian ngajak juga Istri kakak sepupu kamu Fitri sama anak2nya, suaminyakan lanjut ke sekolah keluar negeri. Daripada dia sendiri repot ngurusin anaknya mending nenek ajak sekalian liburan ke Garut sini, ngitung-ngitung liat proses panen di perkebunan teh kakek kamu.”
Aku : “ wah!, boleh nek Fian juga butuh refrsing neh.”
Nenek : “ Baiklah klo begitu nenek suruh mang Ujang jemput yah pake mobil, ntar kamu yang tunjukin rumah Kak Fitri, tahu kan?”
Aku : “ mmm, gak begitu apal sih nek soalnya baru sekali kesana. Ntar coba Fian telpon nanyain alamatnya.”
Nenek : “Ya, udah dulu klo bgt, nenek tunggu yah dis*****”
Aku : “ oke nek”

Singkat cerita hari yang ditunggupun tiba. Saya dan kakak saya (Dina) menunggu jemputan mang Ujang di koskosan saya. Wah, lama juga neh mang Ujang. Molor 2 jam neh dari jadwal, kak Fitri dah 2 kali nelponin kak Dina. Namun akhirnya mang Ujang dating dengan muka paniknya. “ den, map den mang Ujang tersesat dan kejebak macet”, “ y awes mangy ok kita go, jemputin mbak Fitri dulu yah”.
Mobilpun melaju tenang ke daerah Jakarta Timur tempat tinggal Kak Fitri. Sebetulnya saya tidak begitu mengenal istri kakak sepupu saya ini Cuma pernah sekali ketemu pas acara akikahan anaknya yang pertama itupun saya tidak terlkalu perhatikan. Singkatnya kamipun tiba di alamat yang dituju. Kak Fitri dan 2 anaknya dah nunggu di
depan rumahnya.

Pertama melihatnya. Waaaah, manis banget ternyata, Kulit putih (tapi ga putih2 amat sih). Tinggi sekitar 168 cm berat 56 Kg sehingga kelihatan sedikit semok.Dengan dadanya membusung yang ukurannya kira2 36D (pengakuan sendiri, gan!). dengan celana jeans ketat dan baju putih sedikit trnasparan karena bra hitamnnya menerawang dibalik bajunya. Oh, ya. Doi (KAK Fitri) ini adalah campuran Madura-Arab makanya wajahnya amat manis. Ibunya adalah pengusaha madu terkenal di Madura dan Bapaknya punya restoran Arab di Surabaya, doi sendiri kerja di bank swasta terkenal (karena niat liburan makanya doi ngambil cuti seminggu).

Setelah kenalan dan mengatur barang2 bawaan doi ngambil duduknya di tengah (atas anjuran saya biar anaknya leluasa bermain). Karena kak Dina lebih senang di depan makanya dia langsung ambil posisi di samping mang Ujang, awalnya Ane nih yang pengen di depan tapi ga’ papalah di belakang juga oke dan ternyata membawa berkah dan awal seru dari cerita *****
Selama perjalanan kamipun ngobrol ngidal-ngidul ketawa-ketiwi dan yang lebih asik lagi doi ternyata GFE bgt orangnya enak ngobrolnya dan suka bercanda. Menjelang sore mang Ujang singgah di pom bensin di daerah tol sekalian beristirahat, kamipun mengisi perut di resto pom bensin tsb, setelah itu lanjut.

Sebagian sudah terlelap termasuk kak Dina dan anak pertama nya Doi . Doi sendiri sibuk ngelonin anak bungsunya yang agak rewel karena susu botolnya abis. Iseng ane Tanya. “ kenapa nih si adee?(sambil gw sandari dagu dijok tengah sebelah kepala Doi” . “Iya an tadi lupa isi termos, jadi gak bisa bikini susu neh.” Nahhh sodara agan2 pemandangan berikutnya bikin ane takjub,bin senang bin konak. Tanpa basa-basi doi ngangkat tuh kaos sampai kelihatan branya dan mulai membuka cupnya (ane hanya diam terpaku dg dagu masih bersandar di Jok, Cuma berjarak sekitar 20 cent gan Dari target). Busyet kata ane dalam ati, putih n montok bgt pentilnyas gak terlalu besar dengan warna coklat muda, beda bgt dengan pacar gw. Kalah besar (walopun dah malam nih mata tajam bgt kelihatannya)… “cup…cup sayang sini nenen aja susu botolnya abis yah”.

Maklum anak2 mungkin dah favorit susu botol jd sedikit jual mahal. Dibiarin tuh toket ngelewer-ngelewer agak lama baru deh di emut dan langsung tidur. Ane masih sedikit terpaku neh dengan kecuekan Doi dan lagi si Joni dah ngaceng bgt di bawah. “wah dah bobo kak.”, “ iya, loh kamu dr tadi disitu? Enak neh liat gratis..hehe”, “ heheh (gw cengengesan salah tingkah)… enak yah, gimana rasanya tuh (sedikit berbisik)”, “ga tau deh Tanya aja ma Dino, hehehe”. Waktu itu ane belum berani macem2, sekitar 5 menit berlalu doi pun tertidur dan si Dino masih nenenin tuh toket montok.

Walopun berusaha ikut tidur, namun keringat dingin membasahi kening karena nafsu yang teramat sangat. Ane gak sanggup gan ngebayangin ngemut tuh toket sambil ngelusin Si Joni. Karena dah sange bgt ane putusin keluarin si Joni (niatnya onani sambil ngebayangin ngemut tuh toket montok) maklum selama ini pacar gw cuma ngasih serpis handjob+grepe2 toket n fk.

Nah, mulai deh ritual handjob, ane buka tuh resleting perlahan dan keluarin si Joni dan ane elus –elus tuh meriam belanda (heheh), gak puas ngebayangin ane mulai deh nyuri2 nyium rambut doi (hmm ajib, harum bgt), sambil tetep ngocok si Joni makin lama gw makin cepet neh serasa dah mau meledak gan. Namun tiba2 mobil terguncang karena ada lobang dan karena dah pulas si Doni ngelepasin tuh toket, gw yang dari tadi hanya nyium2 tuh rambut sedikit kaget bin takjub melihat pemandangan toket ngelewer2 didepan mata gw. Tensi kocokanpun sedikit melambat melihat pemandangan tsb. Wah.. pikiran gw semakin liar jadinya, pengen banget remes tuh toket namun sayang gw takut bgt. Untungnya mang Ujang konsen bgt nyupirinnya jadi ga sadar dengan kejadian di belakang. Berjuta2 setan pun mulai merecokin pikiran saya (“dah gan! Pegang ajah, emut klo bisa” kata salah satu setannya). Dan gw beraniin mengelus tuh toket dg tangan kanan dan yang kiri masih sibuk ngocokin si Joni.

Tangan gw gemeter bgt awalnya. Satu jari gw sentuhin di pentilnya (serasa basah karena masih ada sisa asi yang keluar. Gw jilatin jari gw… hmmm manis juga rasanya). Setetes asi ternyata memberikan kekuatan padaku untuk bertindak lebih jauh, kemudian gw pegang lagi tuh toket montok, anget dan gede bgt sampai tangan gw gak cukup tutupin tuh toket, dengan gerakan sedikit meremas terasa kenyal bgt dan lama kelamaan makin keras tuh toket (sepertinya doi terangsang dalam mimpi). Tangan kiri gw semakin cepet ngocoknya, sepertinya lahar dah mau meledak dan tangan yang satunya negremes makin dalam kerena sensasi tuh toket yang makin keras ketika diremes (sayup2 doi sedikit melenguh, namun gw cuek aja) dan pas Joni mau meledak sedikt ane peratiin mang Ujang (aman masih konsen nyetir dan ga peratiin tuh spion tengah). Ane langsung majuin kepala ke depan ngemut tuh pentil, otomatis asinya keluar deh ngebanjirin mulut gw. Sepet2 manis gan rasanya, dan tak lama Joni-pun memuntahkan laharnya. Banyak bgt sekitar 8 kali tembakan (maklum lama gak dikeluarin ma pacar… hehe). Nih mulut masih ngemut toh toket sampai gw sedikit tersadar dan untungnya Doi masih terlelap.

Gw lepesin tuh mulut dang gw beri sedikit kecupan di pentilnya dalam ati gw bilang mudah2an doi pikir anaknya yang emutin. Gw masukin tuh Joni lagi kesarangnya terus bersihin tuh lahar yang berceceran dilantai mobil kemudian dan berusaha terlelap. Perlahan sekilas kulihat doi terbangun tanpa melihat kea rah gw, doi betulin tuh bra dan posisi si Dino trus lanjut tidur (cihuuuuyyy!! Aman pikir gw) ….
Menjelang tengah malam kamipun tiba di rumah nenek. Rumah yang asri dengan suasana sejuk dikelilingi perkebunan teh yang cukup luas. Yah, almarhum kakek adalah seorang pengusaha teh yang cukup terkenal di Garut. Sepeninggalan beliau nenek Cuma dibantu beberapa orang karyawan, makanya nenek agak kesepian tinggal di rumah yang lumayan besar. Nenek sudah menyiapkan segalanya ketika kami sampai. Mulai dari makan malam sampai urusan kamar sdh beres. Kamipun kangen2nan dengan nenek berbagai ceritapun mengalir malam itu di meja makan hingga terasa lelahpun menerpa kami. Kamipun bergegas ke kamar masing.

Karena nenek sendiri makanya nenek meminta Kak Dina menemaninya tidur. Sedang Aku tidur di kamar paman saya dan doi dengan anak2nya tidur di kamar tamu yang cukup besar dan letaknya tepat bersebelahan dengan kamarku. Lelah banget piker gw namun entah mengapa mataku sulit terpejam mengingat kejadian di mobil tadi berbagai pikiran kotor mengalir di kepalaku, ingin rasanya meninkmati setiap bagian tubuh kak Fitri, tapi bagaimana caranya yah (sebuah angan2 yang tidak mungkin tercapai).

Sayup2 terdengar guyuran air di kamar sebelah, rupanya dinding kamarku tepat berdampingan dengan kamar mandi di kamar doi. Hmmmm … enak neh ngintip pikr gw…. Pikir2 gmana caranya yah, masak harus ngendap2 di kamar doi terus ngintip dari lubang kunci… ntar anaknya bangun terus teriak gimana… arghhh!!… Namun karena dah nafsu gan, gwpun meluncur ke target, dengan mengendap-ngendap pakai jurus kucing garong (heheh). Sampai depan kamar doi n pegang hendel pintu dan……………… arghhhh TERKUNCI GAN!!! SIAL!!!

Bulik kamar dengan perasaan dongkol dan muka kelipet 12 plus Joni yang mulai memberontak gw hempaskan badan gw di kasur yang empuk dan, apa yang terjadi ???? ….
Dasar otak setan gw emang punya beribu strategi. Melihat Plapon kamar muncul strategi jitu mengintip doi lewat plapon. Kutelusuri setiap sudut mencari manhole plapon tempat orang bisa masuk. Dan engingong…. Sebuah lubang yang emang khusus dibuat untuk masuk jika ada masalah dg kabel listrik, dsb terlihat di sudut ruangan. Selanjutnya cari akal buat manjat ke atas, gw lihat tuh lemari gede di sebelah tempat tidur dan dengan kekuatan gw, Joni dan setan2 yang pada setia kawan bantu gw dan walopun gede lemarinya namun bisa juga kegeser hingga tepat di bawah tuh lubang. Gw tarik kursi untuk manjat ke lemari dan sesampainya di atas gw geser tuh tutup lubang manhole plapon.

Berbekal hp yang ada senternya mulailah gw panjat tuh lubang dan mencari-cari bagian plapon kamar mandi doi, mengandalkan pendengaran gw yang tajam gw cari tuh arah guyuran air dan ketemu juga akhirnya. Setelah meraba-raba setiap sisi plapon kamar mandi mencari lubang bwat ngintip dan emang dewi fortuna mihak gw bgt malam itu, bukan lubang kecil yang gw dapat namun ternyata di plapon kamar mandi juga ada manhole buat orang bisa masuk…. Heheheh salut gw dengan kakek yang pinter bgt ngerancang rumahnya… Gw geser tuh dikit2 tutupnya sampai terasa cukup bwat ngintip…. Dan…. Lampu kamar mandi masih menyala, mata tajam gw menyusur setiap sudut dan… dan.. dan.. kok ga ada orangnya???!!! Yah SIALLLLLLLL !!! dah mandi rupanya si Doi. Lelah bercampur dongkol gw gesertuh perlahan-lahan kembali tutup plapon, dan apa yang terjadi selanjutnya ….
sekelebat bayangan terlihat di bawah sana…… siapakah gerangan ??
Wwaaah!!!

rupanya dewi keberuntungan masih mihak gw malam itu. Gw geserlagi tutup palponnya dan tampaklah pemandangan indah di bawah sana, kulit putih nan mulus plus toket gede dengan pentilnya coklat muda yang manacung banget ditambah lagi bokong doi yang montok bgt. Sementara itu sang empunya sedang asik membasuh tubuhnya dengan sabun di bawah shower yang memancarkan air hangat. Otomatis nih tangan segera mencengkram si joni dan dengan gerakan halus mulailah ritual handjob part2.

Setelah bersabun ria dan membersihkan sisa sabun di tubuh doi gw piker udahan mandinya, namun rupanya doi masih pengen berendam di bathub. Dengan mata tertutup rupanya doi menikmati bgt berendamnya malam itu, tangan doi rupanya sangat memuja tuh body, elusan dan rabaan mulai digencarkan ke setiap bagian tubuh sampai ke bagian dada, dengan gerakan memutar dari pangkal menuju pentilnya doi remes2 sendiri tuh toge sambil memilin2 pentilnya… hmmm rupanya doi terangsang juga neh. Rangsangan ke Joni gw pending dulu karena menyaksikan doi yang terangsang sendiri.
Bibirnya digigit plus sedikit erangan kecil sayup2 terdengar. Mungkin karena suaminya lagi lanjut studi ke luar negeri jadi doi haus belaian neh rupanya. Dari atas satu tangan doi menuju ke mekinya yang ditumbuhi bulu yang tercukur rapi… pemandangan makin panas gerakan halus memutar di meki doi berlanjut dengan tusukan 2 jari ke dalam, dengan gerakan maju mudur perlahan namun pasti doi masturbasi dengan asiknya. Terlihat jari doi makin masuk ke dalam semakin dalam terlihat doi sangat menikmati, mulut terbuka seolah-olah berteriak namun Cuma terdengar erangan kecil dari doi.

Tersadar gw Joni masih tegak berdiri dan butuh sentuhan pula. Dengan gerakan mengocok seirama dengan gerakan tangan doi dan semakin lama semakin cepat hingga tubuh doi terlihat mengejang, mata terbuka namun Cuma kelihatan putihnya saja, bokong terangkat ke atas demikian pentil yang semakin mancung dan erangan sedikit lebih keras … Tuh jari masih maju mundur dengan cepatnya sampai puncaknya doi lepas tuh jari dan meki doi menyemprotkan banyak banget cairan namun bukan pipis , gw ternganga melihatnya, seperti di pelem blue yg pernah gw lihat. Rupanya doi mendapatkan orgasme yang hebat bgt sampai squirt segala. Tak terasa jg Joni dah siap melepaskan laharnya dan… crot…crot…crot.. nikmat banget semburan lahar Joni.

Gw lemes demikian pula doi, terlihat senyuman dari bibirnya damai namun terasa nikmat dengan gerakan dada pelan sepertinya doi lelah namun menikmatinya. Original dan tidak dibuat-buat. Gw perhatiin aja hingga doi bangkit mengambil handuk dan keluar lampupun dimatikan. Gw puas gan malam itu hingga tidurpun terasa lelap hingga pagi menjelang.

Pagi harinya gw lelep bgt tidurnya tak terasa terdengar gedoran pintu…. Wah rupanya mang Ujang.
“Ada apa mang???”, “Gpp den. Tadi Ndoro putri nyariin aden, mang Ujang bilang sepertinya masih tidur mungkin masih lelah. Semuanya dah pada ke kebun teh Den”. “ y awes mang gw mandi dulu br kesana”

Gw mlas2an krn emang masih lelah bgt krn kejadian semalam. Setelah mandi dan berpakaian santai plus sweeater (dinging an, maklum suasana puncak kebun teh)gwpun meluncur ke TKP. Lumayan juga jalannya sekitar 200 meteran. Gw lihat nenek ma kak Dina lagi main2 ma anaknya doi. Lucu juga yah…heheh.. “Loh kak Fitri mana nek?”
“ itu sana lagi pengen motret katanya”. Terlihat di kejauhan sesosok tubuh indah berada di bukit perkebunan teh . “ kesana an tadi dicariin ma mbak fitri” kata Kak Dina, “knapa emangnya? “ kata gw. “Diakan baru beli camdig seri pro, cm belum begitu ahli, makanya gw bilang minta ajar aja ma si fian soalnya lo kan jurnalis di kampus sedikit banyak tahulah seluk-beluk fotografi”…. Waaaaaaaah petik mangga dapet kedongdong niat gw kesampaian dong ngedeketin doyong (doi maksudnya… maksa bgt pantunnya)… pinter bgt kakak gw rupanya (dalam ati gw). Dan pucuk di anti ulam tiba, doi manggil2 gw dari kejauhan …. “aaaaaaaaaaaaaaaannnn” dengan gerakan tangannya memanggil gw kesana.

Dengan berjalan santai namun pasti gw panjat tuh bukit. Lumayan jauh juga sekitar 200 meteran dari tempat kak Dina, nenek dan anak2 doi. Sampe di sana dengan sedikit ngos2an gw bilang : “kenapa mbak?” wah indah bgt , doi pake baju bali item yang tipis bgt tuh sedikit menerawang tuh bh putihnya, lengkap dengan celana hot pan warna putih (pahanya montok bgt Dan putih gan). Rambut di iket. Gw nyeletuk : “ hehe.. cantik banget kak” doi cuman senyam-senyum. “ an, lu katanya jurnalis di kampus yah? Ajarin gw dong teknik motret”. Gw : “ ah kak dina melebih-lebihkan mbak, gw masih belajar jg. Tapi sedikit2 tahulah…heheh. Hmmm… kameranya bagus. Seri pro neh”.

Mulailah gw menerangkan bagian2 kamera dan cara2 memotret yang benar. Dengan gayanya Darwis Triadi namun tanpa kumis yang tebal…heheh. Gw gini2 pernah ngikutin trening fotografinya mas Darwis Triadi loh. Doi amat menikmatinya dan mengikuti penjelasan gw dengan seksama.
Sampai nenek dan kak dina dah teriak2 manggil kami. “ayo pulang!!! Mw ujan kata” kak Dina. “Iya ntar lagi kata gw” sial ganggu bgt orang lagi asik berdua dg doi (guman gw dalem ati). Dan bener juga ujan mulai turun dengan derasnya, tampak nenek, kak Dina ma anak2 doi berlari masuk ke pekarangan rumah dari kejauhan. Gw pun berlari sambil mebuka sweeter menutupi kepala gw dan doi yang gw rangkul mesra bgt (heheh). Sampai kami melewati rumah2an pondok tempat biasanya para pemetik teh beristirahat. “ berteduh dulu an” kata doi. “oke mbak”. Baju gw basah neh demikian pula doi namun gak sampai kuyup juga seh. Hp Doi bunyi, rupanya kak dina menelepon nanyain kabar. “ iya Din, lagi berteduh sama fian di pondok kebun, nuggu ujan reda. Udah gak usah dijemput. Belum selesai nih belajarnya, ntar klo dah reda baru balik. Ok”.

“Ujannya makin deres aja mbak”,
“iya an mana baju basah neh”,
“klo basah yah dibuka dong ntar masuk angin loh”, canda gw
“enak di elu dong…hehe. Ayo dong an ajarin lagi”

Gwpun ngambil posisi disampingnya doi, bahu kami merapat. Sekalian buat menghangatkan badan. Lanjut gw neranginnya . Sangking semangatnya nerangin gak sengaja sikut gw nyenggol tuh toge. Empuk banget gan. Namun apa dinyana doi cuek bebek. Gw makin semangat ajah, satu tangan gw mulai agak merangkul ke pinggang doi sambil menerangkan ke doi yang lagi memfokus sebuah objek. Bibir gw sedikit gw deketin ke telinga doi… hmmm wangi bgt parfumnya. Dan tiba2 doi berbalik dan nih bibir mendarat mulus di pipi doi. Doi sedikit terpana dan gwpun demikian, sedikit tersadar gw : “ bilang maap mbak”. Doi : “ yah lo an nyantai aja gw yang salah kok” sambil doi elus pipi gw. Busyeeet mesra bgt neh pikir gw. Doi masih cuek bebek. Doi : “ wah ribet jg yah dunia fotogfrafi musti banyak belajar lagi neh”. Gw : “ga juga kok, klo ada keinginan pasti bisa mbak”. Doi tiba2 ngankat kedua tangannya untuk merenggangkan otot sambil menguap, keliatan tuh ketek mulus plus toge sebelah kiri dari samping. Hmmmm…. Pemandangan yang indah bgt, si Jonipun mulai beraksi gan.
Tiba2 doi bilang : “ an minta tolong pijetin pundak mbak neh, pegel bgt”… hihihi, girang plus tegang langsung aja tangan gw samperin tuh pundak, gw pijet2 lembut dan Nampak doi sangat menikmatinya, pake tutup mata segala dan disertai gumanan2 kecil. Si joni makin keras aja di dalam sangkar. Gw beralih ke sekitar lehernya. Doi :” enek bgt disitu an” badan doi sedikit bersandar di dada gw, biking w n joni makin nafsu aja gan. Panasnya nafsu makin menjalar di seluruh tubuhku.

Tangan doi kemudian kesamping untuk nyimpan kamdignya, kemudian doi pengen garukin punggungnya tanpa sengaja tuh tangan nyenggol si Joni. Doi sedikit terkejut, sambil tertawa kecil doi bilang : “ tau ujan2 gini, dingin pula terus mijitin cewek lagi. Tiba2 bangun2 aja sesuka hati ya an”… “eh…eh..hi” gw gelagapan “iya mbak”….
Guyonan2 kecil nan nakalpun mengalir waktu itu. Iseng doi Tanya : “ km dah punya pacar an?” . Gw. :”udah mbak”. Doi : “Ya wes km kawin ajalah tuh adik kamu dah haus belaian wanita rupanya..heheh”. Gw : “ Iyah sih mbak pengen bgt rasain tubuh kayak mbak.”gak sadar gw gan ngomongnya. Doi : “apa an??? “, Gw. : “ eh..eh maksdunya tubuh wanita” . Doi : “oooo... km klo pacaran ngapai aja??”. Gw : pura2 bingung. “maksudnya???”. Doi : “ yah ngapain aja, ciuman, petting, ml dsb”. Gw: kaget bgt denger pertanyaannya. “heheh, cm FK ajah mbak”. Doi : “ ah boong pasti grepe2 jg tangan km.” . GW : “iya seh dikit…heheh”

Entah setan apa yang nyembit gw tanpa sadar dan nafsu makin memuncak tiba2 gw peluk doi dari belakang tepat di bawah pangkal togenya. Doi tiba2 berontak. “an….an …jangan!!!” sedikit teriak doi membentak gw sambil ngelepasin pelukan gw. Gw kaget dong. Maap mbak gw kangen pacar. Terus gw mulai nyerang lagi. Sambil mengiba “plis mbak gw pengen peluk aja” . Mungkin karena kasihan dan doi jg butuh kehangatan doi pun bilang : “ya udah peluk aja yah jangan macem2”. Karena nafsunya sambil pelukin doi bibir gw nyuri2 ciumin tuh leher dan doi kegelian sambil sedikit teriak : “annn!!” dan tiba2 plakkkk!!!!! Tamparan mendarat dipipiku. Gw kaget lg. Muka doi memerah. Gw. : sambil meluk doi dari depan “maaf mbak, fian mau buat pengakuan”. Doi diam saja, nafasnya makin cepat sepertinya emosi memuncak. Mulailah gw ngakuin klo suka bgt dengan doi semenjak kemarin, “ntah ini nafsu ataupun masalah hati (sepertinya berat di nafsu gan), apa lagi kemarin di mobil mbak perlihatkan ke fian susu mbak, fian suka bgt mbak dan nafsu bgt ngelihatnya sampe2 tanpa sepengatuhan orang2 fian onani di jok belakang. Gwpun mulai menceritakannya sampai kejadian ngintip semalam juga tidak terlewatkan. Tiba2 doi ngedorongin gw dan menutup matanya sambil menangis sesugukan. Doi : “ Harusnya gak boleh an, mbak kan sudah punya suami, kakak sepupu km sendiri. Tapi emang mbak salah juga”
Doi makin nangis aja tuh sambil ngejatuhin wajahnya ke pundak gw. (hmm..tampaknya mulai nyerahni), gw spik aja pelukin doi sambil ngelus punggung doi. Gw : “Iya mbak Fian salah juga, gak bisa nahan nafsu Fian”. Tangan gw ngelus kepala doi dan gw angkat dagunya, terus gw apusin tuh air mata dengan mesranya. Gw kecup matanya. Doi diem aja. Terus gw kecup lembut tuh bibir…..
waaaaaaaaaaawwwwwwww serasa gw diestrum dengan jutaan kilovolt listrik… serasa nikmat dan hangat, makin lama lidah gw mulai masukin ke rongga mulut doi, doi masih diam dan menutup mata. Tiba2 doi ngedorong gw. Doi :” udah an jangan di terusin”. Gw dah nafsu bgt neh. Gw tarik aja tuh kepala dan gw lumat tuh bibir dengan kasarnya. Doi gelagapan sedikit berontak…”blbbjhj..amkhj…an…nk gh dahhh”, gw makin dalem bgt kiss doi, hingga pertahanan doi melemah dan sedikit menikmati ciuman gw. Gw pun sadar dan berhenti. Kami saling berpandangan dan tiba2 mata doi sayu seperti mengharapkan bibirnya disentuh lagi. Perlahan nih bibir maju dan doipun memiringkan kepalanya siap menerima ciuman gw dan…. Mphhhh…..mphhh.mphhh…. kamipun saling melilitkan lidah dengan hangatnya, gw angkat tubuhnya dang w sandarin di dinding sambil tetap saling melumat. Tangan gw mengikuti alur pergumulan, perlahan namun pasti tangan kanan gw menjelajah diluar bajunya tepat di atas bukit kembar nan indah dengan sedikit remasan terasa tuh bukit awalnya terasa lembek namun lama kelamaan keras sekeras batu. Sadar doi makin terangsang nih tangan mulai masuk menjelajah di sekitar bra doi, gw turunin satu cupnya dang w pilin2 tuh pentil…. Hmm terasa kasar, keras dan berdiri tegak.

Gw. :” mbak sayang….fian pengen nenen”. Doi : tersenyum dan Cuma mengangguk pelan. Hujan yang makin keras makin ngedukung aja pergumulan kami. Gw mulai tiduran di pahanya dan doi mengangkat bajunya dan membuka kaitan bra di depanya. Mulai deh gw isep dan lumet th toge sampe2 asinya tumpah di mulut gw. Doi : melenguh kenikmatan “gimana an rasanya??” . GW : “ enak mbak, manis.” Sambil tersenyum penuh kemenangan. Doi mulai deh sedikit aktif sambil gw nenen doi ngelus Joni dari luar. Doi : “ gede jg an punya km”, doi mulai nurunin celana gw dan mulai mengocok si Joni dengan perlahan. Gw bangkit dari tuh bukit kembar sambil ciumin bibr doi. Doi : “ enak say?? “ gw cm mengangguk. “yah wes mbak kocokin aja yah say”. Gw :”mbak mau diisepin” gw ngerengek sperti bayi. Doi: “ jangan say, ntar kelihatan” tapi gw paksa aja tuh kepala menuju batang perkasaku. Sedikit ragu, doi mulai membuka mulutnya dan memulai kuluman lembut di kepala Joni, sangat telaten. Pelan tidak terburu-buru dan yang gw suka, gak kena gigi gan. Doi tersenyum melihat mimik wajahku sampai Nampak Joni dah mau muncrat isepan doi dipercepat dan sepertinya semakin dalam menelan Joniku sayang… dan… arghhhhhh…. Mbak …enakhhhh bgt!!! Crot…crot…crot. Joni sukses CIM nya. Doi sdikit gelagapan karena kepalanya gw tahan. Terasa banyak bgt yang masuk kemulut doi. Gw Tanya : “spermanya mana mbak, perasan banyak nyemprotnya?” sambil perhatiin mulutnya. Doi nyubit aku “ dasar kamu an, ketelen semua!!!. Tapi kok manis punya kamu an? Punya suami mbak agak asin jadi kadang bikin mual.” … gw : sambil tersenyum “ mungkin kemarin karena kebanyakan makan buah2an mbakku sayang”

Masih ujan ajah terpikir gw balesnya gimana neh. Doi masih bersih2hin mukanya pake tisu. Gw bersandar di bahunya. “mbak sayang fian pengen bales juga muasin mbak”. Doi : “ udah sayang nanti kita dicariin” tapi gw paksa aja, gw tarik celana nya sampai selutut dang w cium2 tuh meki dari luar cdnya… baunya khas, namun harum bgt.

Terakhir gw tahu klo Doi ngerawat bgt daerah kewanitaannya dengan minum jamu2an dan rajin melakukan ratus vagina (maklum anak juragan Jamu di Madura).
Doi sedikit melakukan perlawanan sambil mendorong kepala gw. Namun rasa nikmat yang dirasa mendadak mengendurkan perlawanan doi takkala bibir gw melumat klitoris doi. Doi sedikit melenguh, perlahan gw bangkit dan membuka perlahan cd doi, reflex ajah pantat doi diangkat biar gampang lepasnya. “fian isep yah mbak?”. Doi cuman mengangguk pasrah. Mulailah ane oral tuh meki berdasarkan pengalaman ane nonton bokep, semakin lama semakin basah. Isepan dilengkapi dengan tusukan satu jari ane kedalam meki doi, makin lama makin cepet. Hingga tak lama pertahanannya mulai lemah…. “ annnn, mbak mau keluar sayaaaaaaaaaanggg!!!” dann.. tubuh doi mengejang hebat seperti terkena kejutan listrik berkali-kali sementara itu doi meki doi memancarkan cairan orgasme yang menembus kencang kerongkongan gw. Gw gelagapan, gw lepasin mulut gw dari mekinnya. Nampak cairan tersebut masih menyembur sedikit disertai dengan badan doi mengejang hebat.

Gw rebahan disamping doi, sambil mengecup mesra keningnya. “Makasih yah mbakku sayang”. “ iya an, mbak juga terima kasih dah lama gak ngrasain kayak g***** Thanks yah say” sambil doi mengecup mesra bibirku. Nampak Joni bangkit lagi dari peraduan. “hihihi… an, cepet bgt bangun lagi tuh”. “ mbak pengen rasain lobang yang di bawah” . “ udah an. Kita dah lama bgt ntar dicariin lagi”. Gw bangkit mulai mencoba memasukkan Joniku sayang. Doi reflex ngepit pahanya menutupi tuh meki. Sedikit memaksa gw buka pahanya dan gw masukin pelan tuh Joni… Hangat bgt, dasar mang enak, Joni serasa ada yang pijet, Otot2 mekinya memijit2 Joni dengan lembut. Baru aja 5 gerakan maju-mundur. Telepon Doi bunyi. Doi kaget dan kami reflex memakai baju kami… siaaaaaaaaallll kentang bgt!!!! Rupanya nenek menelepon katanya si Dino dah rewel pengen bobo. Ahhhh. Dasar Dino gak tau kami lagi asyik ajah. Mang ujangpun diserahin tugas menjemput kami, walopun ujan dah mulai reda, sambil membersihkan diri merapikan pondok biar gak ada yang curiga.

Di perjalanan pulang Doi cengengesan ajah ngeliat muka gw yang kusyut bgt… sambil berbisik “ nanggung nih yeee…hihih”. Kami sepayung berdua dan mang ujang ngikutin dari belakang. “ iyyya neh… urgghh ” bisik gw. “kasihan deh… cup2..sayang, nanti deh lanjut lagi”… “janji yah” kata gw. Dan doi cuman ngedipin matanya ke gw.
Malam harinya semua sudah berkumpul di ruang keluaraga, tawa membahana di ruang tersebut membangunkanku dari tidurku yang leleap karena kelelahan. Kulihat doi bersama nenek dan kak Dina lagi bercengkrama bersama 2 anak doi dan tanpa mempedulikan keberadaanku. Nenek bun nyeletuk " loh an, bru bangun? dah sana cuci muka n makan dulu", " iya nek, mau berendem air anget dulu nih, badan pegel semua ", " ya wes mandi sana, tapi jangan lama2 ntar masuk angin lho". gw mengangguk dan si doi tetep aja asik bermain dengan anak2nya tanpa sedikitpun melirik ke gw.

Selesai mandi dan makan kemudian gw keluar ke halaman menikmati bebrapa batang rokok... eh mang Ujang datang ngajakin ngobrol ngidal-ngidul hingga tanpa terasa hari dah larut. Dari dalam rumah nenek menyuruhku bangun dan beristirahat krn sudah larut. Sisa kopi terakhir yang dibuatin mang Ujang ku hirup kencang dan sebiji pisang goreng kucomot. "oke thanks gw istirahat dl", "iya den sama2". Ternyata mang Ujang pandai juga bercandanya. Masuk rumah semua sudah gelap saat melewati kamar doi iseng gw buka handelnya.... lho kok?!!! TERKUNCI LAGI.. arghhhhhhh!!!. Gw ke kamar gw berbaring di tempat tidur, udah 1 jam bolak-balik namun mata belum redup juga dan tiba2 si Joni pengen pipis (mungkin kebanyakan ngopi tadi). Karena kamar mandinya di ruang keluarga gwpun keluaar dan menuntaskan hasratt kebelet si Jonjon... Keluar kulihat di lampu kecil dapur yang remang menyala. Gw pikir mungkin mang ujang, gw ke dapur minta mang Ujang bangunin gw pagi2 eh ternyata doi lagi masak air buat termos susu anaknya. Dengan mengendap2 gw deketin doi yang hanya memakai daster tipis pendek di atas lutut. Gw peluk aja doi dari belakang dan tentu saja doi kaget bukan main dan berteriak, namun untung saja tangan gw dah membekap dl mulutnya. "maaaff mbak ini fian...heheh", "ah.. an kamu bikin gw kaget ntar ada yang denger terus lihat kita gini gmana? dasar kamu!!". Doi kesel bgt. Gw nyengir aja kayak kuda...heheh. "kangen kak" kata gw. " kangen apa nanggung..heheh" heheh ... gw nyengir lagi. terus aja gw peluk sambil ngeremes2 toketnya dari belakang yang ternyata tidak ditutupi bra (emang klo mw tidur bra doi dilepas). "gimana mbak adek dah tidur?" ... "udah ini siapin air di termos, kali aja bangun tengah malem cari susu"... "ow.. " . Iseng tangan gw yang satu ke arah mekinya dan mengusapnya dari luar. Doi melenguh.... gw angkat dasternya dan memasukkan tanganku ke balik CD doi.. hmm sedikit basah. "kak ******* disini yuk " bisik gw.. "An !!! jangan nekat ntar ketahuan gimana??!".. "gak kok makanya pelan2" gw pelorotin aja cd doi sampe lepas dan gw kantongin, gw balikin dan angkat dasternya terus gw isep2 tuh meki, lidah gw tusuk2 di lobangnya dan klitorisnya gw isep lembut. Doi cm bisa melenguh pelan dan menggigit bibir bawahnya.. Terasa sudah basah.. Gw balik tubuhnya terus gw suruh menunduk bersandar di atas meja marmer dapur (posisi DS), kolor gw turunin dan coba memasukkan si Jonjon... n eh..eh susah (maklum belum pengalaman apalagi posisi joni yang mendongak ke atas). Doi sadar dan mencoba membantu dg menggenggam Joni ke sarangnya dan... slleb..akhhirnya masuk jg... Gw diemin dulu dan terasa ada yang memijat2... otot rahim doi ternyata berkontraksi memijat (hmm efek jamu2an P. Madura neh). kemudian gw sodok2 pelan deh.... "an ... ah..ah..ah, cepetan ntar ketahuan" bisik doi sambil mematikan tuh kompor karena air dah mendidih hebat. Gw cepetin aja gerakan gw dan tiba2 doi dorong perut aku.. " Dah sayang dikamar aja, kakak ga konsen klo disini " setelah merapikan dan memasukkan air ke termos kita menuju kamar doi..

Dikamar doi melihat anak2nya masih pules bgt. "Mainnya di bawah aja yah an". Gw mengangguk dan mengambil selimut tebal dan bantal sebagai alas. Doi melepas dasternya dan berbaring di bawah, melihat bukit kembarnya langsung aja gw nenen dan remes2 sampai keras banget. Gw rasa dah cukup gw lebarin pahanya dan mulai memasukkan Joni. Dasar amatiran gerakan gw ga teratur bgt, Doi tersenyum "pelan2 aja dl say. Km blm pengalaman rupanya, sini biar kakak di atas. Klo km pengen keluar bilang yah?" dongkol juga rasanya ditegur gt(tp emang bener sih gw emang blm pengalaman..heheh). Gw rebahan dan doi mulai memposisikan WOT, setelah masuk doi mulai bergerak pelan namun pasti, sengaja doi gesekin mekinya ke bagian kepala hingga sedikit dibawah kepala Joni saja sehingga rangsangan ke Joni gak terlalu hebat namun diselingi dengan sodokan hingga ke pangkal ( sensasinya emang nikmat bung!). gerakan doi teratur dan seirama, uh toket terguncang-guncang seolah menyuruhku untuk meremasnya. Tak lama gw bangkit dan memeluknya "akhhh kak.. mw keluar". doi mengelusi punggungku. napas kami ngos2an. "udah say km rebahan saja" sedikit kocokan meki doi, tiba2 jari doi menjepit pangkal batang si Joni (agak keras jg), posisi Joni masih keras di dalam meki doi. Satu jarinya mencubit pinggang gw(agak sakit jg) doi bilang "tahan yah biar konsen pengen muncret kamu buyar" sambil tersenyum. Setelah merasa cukup, doi mulai beraksi lagi mengulek-ngulek Jonjon. (emang jitu juga tekniknya). Tak lama doi merasa pengen keluar... dan "arhhhh." doi melenguh pelan dan tubuh doi mengejang hebat ke belakang. Gw bangkit dan memeluknya, pijetan otot rahimnya terasa berkedut-kedut. Kemudian doi tersenyum dan mulai bergoyang lagi dengan posisi masih gw peluk, makin lama makin cepet... "Kaakk maw keluarrr!!" , "tahan say kita barengan" sambil tangannya mencubit pingganggu, otomatis konsen buyar lagi. dan makin lama doi makin cepet aja menguleknya dan "arghhhhhhhh..." rupanya doi orgasm lagi, sambil mendorong tubuh gw tubuh doi mengejang... Indah bennner pemandangannya, karena nanggung dan pengen jg cepet dikeluarin tuh lahar gw posisiin MOT, doi masih geleng2 mungkin pengen bilang" jangan dulu an masih ngilu" tapi gw sosor aja dengan rpm tinggi, ngilu namun nikmat sih. terasa otot rahimnya masih bekedut-kedut sampai gw rasa pengen meledak... dan cret...cret..cret, jonipun menuntaskan lava panas ke dalam rahim doi..

Kemudian gw terjatuh ke dalam pelukan doi, Joni masih terbenam di dalam dan keluar dengan sendirinya. Gw berputar dan mengelus punggung dan dadanya yang masih ngos2an. Kami berpandangan dan tersenyum, kemudian aku kulum tuh bibir dengan lembutnya dan lama. Doi membelai rambut gw dengan mesranya. Tiba2 anaknya yang paling kecil sedikit gelisah, doi tiba2 bangkit dan segera membuat susu terus memakai lagi dasternya dan mulai mengeloni anaknya. Gw bangkit dan rebahan di belakangnya sambil memeluk mesra dan membelai rambut doi. Doi tersenyum menikmatinya dg mata tertutup. Sekitar setengah jaman kemudian tangan gw menyusur ke dalam daster meremas-remas toket doi sampai mengejang dan keras tuh pentil, Doi membuka mata dan tersenyum. Doi masih membelakangi dan tangannya menyusup ke dalam celana gw meraih Joni dan mengocok-ngocoknya. Gw nikmatin bener kocokannya... Gw bangkit dan doi berputar agak kaget karena si Joni sudah kuarahkan ke bibir doi. Doi sedikit menggeleng sambil tersenyum, sedikit melirik ke anaknya yang sudah terlelap lagi. Batang si Jonjon di raihnya dan mulai mengarahkan ke mulut doi, kuluman dan isepan membuat rasa ngilu yang hebat.. arghh... telaten sekali oralan doi. kemudian gw tahan kepala doi dan mulai menyodok-nyodokkan penis gw ke mulutnya semakin cepat ... dan tiba2 doi tahan perut gw dan berlanjut mengulet dan menghisap Penis gw.... dan creetttt---crett, jumlahnya tidak begitu banyak lagi namun masih bisa muncrat sampai ke kerongkongan doi. Doi sedikit tersedak, namun penis masih di mulut doi. Sambil menghisap-hisap seperti menghisap sedotan, lava Joni dibersihin sampe abis. Setelah itu gw cabut si joni dan berlutut di lantai disamping tempat tidur. Doi membelai mesra rambutku. "Udah ya". Gw cuma mengangguk dan mengecup bibir doi. " an, dah istirahat dl ke kamar kamu takut ketahuan say", gw tersenyum dan mebelai rambut doi tak lupa kecupan mendarat di bibir doi, sempat juga doi memasukkan lidahnya. Sekitar setengah menit kami berpagutan lidah. Gw pun bangkit keluar menuju kamar gw dan tidur dengan nikmatnya....