Jumat, 28 September 2012

Petualangan Pesta Pantai (Bag 2)



Dinner berlalu tanpa ada kejadian berarti. Kami makan sandwich di kamar hotel. Aku lebih diam
sekarang, berharap Dayu akan meminta maaf atau mngucapkan sesuatu tapi dia sepertinya
terlihat menghindar terus. Aku berbaring di atas ranjang, bermaksud untuk mengistirahatkan
mataku sebentar, tapi aku pasti telah jatuh tertidur. Saat aku bangun, jam sudah menunjukkan
pukul 10:30, dan Dayu sudah tak berada di dalam kamar. Aku bergegas turun menuju emperan
belakang hotel. Orang-orang sudah ramai di sekitar hot tub, minum dan tertawa. Dayu memang
sudah berada disana, dia pasti sudah pergi dulu saat aku tertidur tadi. Beberap wanita sudah tak
memakai penutup dada lagi, dan telah banyak yang saling bercumbu dengan terang-terangan.
Suasana ini seperti layaknya pesta saat kuliah dulu, bukan sebuah pesta kantor. Dayu berjalan
menghampiriku, dia sudah dalam keadaan mabuk dan langsung memberiku sebuah pelukan
hangat.
“Sayang, tak apa-apa kan kalau aku lepaskan semua penutup tubuhku?” tanyanya.
“Apa?” aku sangat terkejut. “Semuanya?”
“Ayolah sayang, bukan masalah besar kan?,” jawabnya. “Semua orang sudah melihat
payudaraku, dan beberapa orang juga sudah melihatku telanjang saat Eddie menurunkan penutup
tubuh bawahku. Orang lain juga sudah telanjang, kita semua disini memang datang kesini untuk
bersenang-senang dan merasa nyaman.” Dayu tak menunggu responku, dia hanya berbalik dan
berjalan menuju hot-tub dan mulai melepas pentup dadanya.
Saat para pria mulai bersiul padanya, dia menurunkan penutup tubuh bagian bawahnya,
memperlihatkan pantatnya yang bulat dan kencang. Para pria yang berada dihadapannya
mendapatkan pemandangan menawan dari vaginanya, dan semua orang menatap ke arahnya saat
dengan perlahan dia mulai turun dan masuk ke dalam hot tub. Dayu menyusup diantara wanita
lain yang juga bertelanjang dada dan kemudian duduk, menurunkan tubuhnya hingga hanya
bahunya yang nampak menyembul dari atas permukaan air. Setidaknya dia membiarkan air
menutupi tubuhnya, pikirku.
Aku berjalan menuju ke bar di dekat situ dan minum beberapa botol bir dingin lalu berbincang
dengan para pria yang berada di sana. Perhatianku tertuju pada sekelompok orang di sebuah
sudut didekatku dan kulihat Melly berada dalam kelompok tersebut. Dia bertelanjang dada,
payudaranya yang kecil namun terlihat kencang tersebut nampak indah dihiasi putting yang lebih
besar dari milik isteriku dan mencuat keras. Terlihat dia sangat semangat bicara dan itu membuat
semua pria disekelilingnya tertawa.
Tiba-tiba saja dia menurunkan bagian depan dari penutup tubuh bawahnya dan memperlihatkan
vaginanya yang tercukur bersih. Para lelaki tersebut riuh menyambutnya dan mata mereka
melahap dengan rakus pemandangan indah dan gratis dihadapan mereka. Aku fokuskan
perhatianku untuk berusaha mendengar apa yang mereka perbincangkan.
“Rasanya sungguh hebat!” kudengar Melly berkata sambil menaikkan lagi penutup tubuh
bawahnya. “Sekali kamu di wax, kamu tak akan bisa berhenti lagi! Suruh kekasih kalian untuk
mencobanya.”
“Yeah, kalau kamu bilang begitu,” salah seorang pria berkata.
“Maksudku, itu memang terlihat bagus. Aku akan bilang kekasihku tentang ini.”
“Mungkin dia akan lebih merasa yakin kalau kamu melakukannya lagi,” canda salah seorang
pria.
Pria yang lainnya tertawa dengan riuh menimpalinya. Melly memutar bola matanya dengan
seksi.
“Ini, lihat yang baik,” katanya lalu menurunkan penutup tubuh bawahnya tersebut hingga ke
mata kakinya.
Sekarang telanjang bulat, dia tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya yang disambut
dengan siulan nakal para pria. Aku sedang terpesona dengan tubuh kencang milik Melly saat
telingaku mendengar seseorang dari arah hot tub berteriak,
“Ini terlalu penuh!”
“Hey Dayu, duduk dipangkuanku sini!” kata Eddie. “Biar yang lain kebagian tempat!”
Isteriku tertawa manja.
“Tapi orang-orang akan bisa melihat dadaku!”
“Bagus kan!” balas Dave, diiringi suara tawa orang-orang.
“Ayolah, lagipula kami sudah pernah melihat semuanya tadi,” jawab Eddie.
Dayu tertawa lalu berdiri, mengangkat payudaranya dari dalam air. Dia berjalan melintas dan
duduk dipangkuan Eddie, terlihat payudaranya terguncang saat dia duduk. Eddie merangkulnya
dan memegangi kedua daging payudara isteriku dengan telapak tangannya.
“Nah, begini” katanya, “Sekarang tak seorangpun yang bisa melihat payudara Dayu!”
Semua orang tertawa, termasuk isteriku. Lalu mereka kembali asik mengobrol lagi, namun
perhatianku tetap tertuju pada isteriku dan Eddie. Tangannya tetap tak dia singkirkan dari dada
isteriku, dan tak beberapa lama kemudian tangannya mulai bergerak meremas dan membelai.
Dayu bersandar ke belakang dan membisikkan sesuatu ke telinga Eddie, dan kemudian tangan
Eddie mulai memilin putingnya dengan lembut. Dayu tersenyum lebar dan mengatur posisi
tubuhnya hingga Eddie lebih leluasa meremas dan membelai payudaranya.
Aku baru saja hendak melangkah mendekati isteriku saat Nina berjalan mendekatiku dan mulai
bicara. Aku tak mau bersikap kasar, kudengar dengan seksama saat dia yang kondisinya sudah
mabuk tersebut muali bicara betapa cantik baiknya isteriku dan bagaimana senangnya dia bisa
bekerja bersama Dayu dikantor. Aku terus berusaha melirik kearah isteriku dan Eddie tapi Nina
menghalangi pandanganku. Setelah beberapa lama aku menyerah dan mengalihkan seluruh
perhatianku pada Nina. Dia terlihat sangat menarik dengan rambut ikalnya yang panjang dan
postur tubuh yang menyerupai seorang model. Dia mengenakan pakaian renang one-piece warna
hitam yang terlihat tak mampu menampung payudaranya yang begitu besar. Aku merasa nyaman
memandanginya, karena keadaannya yang mabuk jadi dia tak akan menyadarinya, atau mungkin
juga karena keadaanku yang sudah agak mabuk. Dia terus bicara tentang dirinya.
“Kamu mau melihatnya?” tiba-tiba dia bertanya padaku, menyentakkanku dari lamunan.
“Mm, melihat… nya?” jawabku, mencoba menutupi kalau aku tadi tak memperhatikanny.
“Anting pusarku! Kamu mau melihatnya?” dia mengulangi.
“Uh, tentu,” jawabku.
Aku tak begitu yakin bagaimana cara dia memperlihatkannya padaku, karena itu berada dibalik
pakaiannya, dan pada awalnya dia berusaha menyingkapkan pakaian renangnya untuk
memperlihatkan pusarnya padaku. Tapi pakaiannya tersebut sangat ketat. Setelah beberapa saat
dia kemudian menyerah, dan yang membuatku terkejut, dia mulai menurunkan tali penahan dari
bahunya. Dia turunkan hingga pinggangnya, mengekspos payudaranya yang besar dan perutnya
yang kencang.
“Lihat kan?” katanya sambil menunjuk anting di pusarnya.
“Aku rasa agak kebesaran ukurannya.”
Aku sedang berusaha agar terlihat memperhatikan antingnya, tapi mulutku menjawab dengan
terbata-bata dengan mataku yang tak mau lepas dari dadanya.
“Aw, kamu sangat manis,” jawabnya.
“Dayu sangat beruntung memilikimu!”
Kemudian dia melangkah pergi, dengan dadanya masih terekspos, meninggalkanku berpikir ada
apa dengan orang-orang ini. Tiba-tiba aku kembali teringat akan isteriku dan Eddie, lalu aku
menoleh tepat disaat kulihat Dayu sedang mengangkat tubuhnya dari pangkuan Eddie. Keduanya
terlihat berat nafasnya dan Eddie tersenyum dengan lebar. Dia bangkit dan mengangkat tubuhnya
dari dalam tub dan sekarang kulihat dia telanjang bulat, batang penis besarnya terayun-ayun
diselangkangannya.
Bayangan tubuh telanjang isteriku diatas pangkuannya segera membuatku merasa resah dan
khawatir kalau pria ini sudah menyetubuhi isteriku seperti halnya Dave. Kulihat ke arah isteriku
lagi dan kulihat dia tengah duduk di dalam hot tub dan asik mengobrol dengan salah seorang
wanita yang bertelanjang dada. Wanita tersebut menunjuk ke arah Eddie dan Dayu mengangguk,
lalu keduanya menjerit genit dan tertawa keras.
Di titik ini aku merasa sudah terlambat untuk berbuat sesuatu, dan hanya berdiri saja disana
melihat semua yang tengah terjadi. Aku mulai merasa aneh dan takut kalau aku tak lagi
memusingkan ini semua. Tanpa memberitahu isteriku, aku putuskan untuk kembali ke kamar.
Aku rasa kalau dia melihatku pergi, dia akan sadar kalau aku sudah marah Oh, ternyata aku
salah. Aku tak bisa memejamkan mata dan sangat resah.
Tiga jam berikutnya Dayu akhirnya masuk ke dalam kamar. Dia masih telanjang bulat dan
tangannya memegangi pakaian renangnya. Setelah dia mandi dan kemudian menyusulku naik ke
atas ranjang, merebahkan tubuhnya dengan punggungnya menghadap ke arahku. Aku berharap
dia akan mengucapkan sesuatu, tapi tak terdengar apapun kecuali kesunyian. Setelah beberapa
lama, aku merasa takut kalau dia jatuh tertidur akhirnya aku bicara.
“Jadi, apa yang sudah terjadi di hot tub?” bisikku.
Dia membalikkan tubuh dan memandangi ekspresi wajahku. Tangannya bergerak ke dalam
celanaku dan mulai membelai batang penisku saat dia mulai bicara.

“Oh, jangan marah sayang, tapi aku memang agak terbawa suasana. Saat aku mulai masuk ke
dalam hot tub, Eddie bergurau dengan mengatakan kalau sudah tak ada tempat lagi bagi kita
semua dan dia menyuruhku untuk duduk di atas pangkuannya. Jadi aku pindah untuk duduk di
atas pangkuannya agar semuanya mendapat tempat. Dia mulai bermain dengan payudaraku dan
itu sangat membuatku terangsang. Jadi kubiarkan dia melakukannya lebih lama lagi. Kemudian
dia menarikku lebih merapat dan aku jadi tahu kalau dia tak memakai apapun lagi, tapi sebelum
aku sempat bereaksi, dia sudah lebih dulu mendorong batang besarnya masuk ke vaginaku!”
“Dia mulai mengocoknya keluar masuk dan itu terasa sungguh indah, itulah kenapa kubiarkan
saja dia melakukannya. Dan kurasa para pria lainnya juga tahu yang sedang terjadi, karena
kemudian semuanya yang berada di hot tub memandangi kami berdua tanpa berkedip. Aku jadi
merasa malu dan berpikir untuk menghentikannya, tapi kemudian kurasakan dia menusukkan
seluruh batang penisnya ke dalam vaginaku dengan keras dan kurasakan batangnya itu
berdenyut. Kamu tidak marah, kan? Aku benar-benar tak merencanakan dia keluar di dalam tapi
itu sudah terlambat.”
Dia berhenti beberapa saat.
“Itu… bukanlah semua yang terjadi,” ucapnya agak ragu.
“Sayang, berapa pria yang memasukkan batang penis mereka ke dalam vaginamu?” tanyaku, tak
berharap dia menjawabnya.
“Yeah, sebenarnya semuanya, setidaknya sekali saja,” jawabnya.
“Tapi itu salah satu bagian dari game yang berlangsung!”
“SEBUAH GAME?” tanyaku dengan nada cukup keras, dan kocokan tangannya pada batang
penisku semakin bertambah cepat dan keras.
“Ya, setelah beberapa lama kemudian,” sambungnya, “Kami semua sudah benar-benar mabuk.
Maksudku sangat, sangat mabuk. Dan berikutnya hanya tinggal Kristin, Melly, Nina dan aku saja
yang berada dalam hot tub bersama dengan semua pria. Dan beberapa pria mulai berdebat
tentang batang penis siapa yang paling besar. Lalu Melly menyarankan biar para wanita saja
yang memutuskan.”
“Kemudian para pria mulai melepas celana mereka dan membiarkan para wanita melihatnya.
Sayang, aku tak tahu apakah aku memang sudah sangat mabuk atau bagaimana, tapi kulihat
mereka semua sangat besar! Bahkan yang paling kecilpun terlihat masih agak lebih besar
dibanding milikmu ini.”
“Kami mulai penilaiannya, tapi kemudian Eddie kelepasan bicara kalau dia sudah
menyetubuhiku, dan itu jadi tak adil lagi karena aku sudah tahu lebih banyak dibandingkan yang
lainnya. Dan Dave juga mengatakan kalau dia juga sudah melakukannya denganku, meskipun
tidak sampai keluar. Lalu Gary mengatakan bahwa dia dan Melly juga sudah bersetubuh saat
dipantai. Hingga akhirnya Kristin memutuskan agar adilnya, semua pria harus memasukkan tiap
batang penis mereka ke dalam vagina tiap wanita, jadi para wanita akan tahu semua bagaimana
rasanya. Bukan bersetubuh atau yang lainnya, hanya memasukkannya sebentar. Dengan begitu
akan adil bagi penilaian para wanita. Kamu pikir juga begitu kan, sayang?”
Dalam kondisi normal pasti akan kutolak penjelasan logikanya, tapi perbuatan tangannya pada
batang penisku sudah berefek, dan aku hanya mampu menelan ludah lalu mengangguk.
“Jadi kami semua akhirnya setuju dan para pria mulai mengambil gilirannya. Aku mendapatkan
Alan untuk pertama kalinya, dia masukkan batang penisnya ke dalam vaginaku dan mulai
mengocoknya keluar masuk beberapa kali, agar aku bisa merasakan dan membuat penilaian.
Batang penisnya terasa lebih besar dari ukuran aslinya saat aku berhasil membuatnya orgasme.”
Aku tahu itu! Dayu terlalu mabuk untuk mengingat kebohongannya diawal tadi.
“Dan berikutnya Eddie lagi dan kemudian Gary. Mereka berdua menusukkan batang penisnya
untuk beberapa saat agar aku bisa melakukan penilaian pada batang penis mereka.”
“Lalu akhirnya giliran Dave. Dia yang paling akhir, dan dia berbisik ditelingaku kalau tak adil
jika kami tak menyelesaikan apa yang sudah kami awali di dalam mobil sebelumnya. Kemudian
dia mulai memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku. Dialah yang paling besar, itu sudah
pasti dan juga paling keras! Dan aku sudah merasa sangat terangsang setelah beberapa pria
sebelumnya, dan aku adalah wanita yang terakhir bagi Dave. Jadi aku membiarkan dia
menyetubuhiku agak lebih lama dibandingkan yang lainnya. Para wanita lainnya juga melakukan
hal yang sama pada pria yang mendapatkan giliran terakhir dengan mereka, jadi aku rasa itu
bukan masalah dan masih adil penilaiannya. Kami semua seolah saling berlomba bersetubuh
untuk beberapa waktu lamanya hingga akhirnya kurasakan spermanya menyembur hebat dalam
vaginaku. ” “Itu semua yang terjadi, sayang. Bukan masalah besar, kan?”
“Bukan,” nafasku tercekat ditenggorokan saat aku orgasme, lebih hebat dari yang pernah
kurasakan seumur hidupku.
Aku tiba-tiba merasa menyesalinya, karena itu membuatku terlihat menikamti menyaksikan
isteriku sendiri disetubuhi oleh sekelompok pria yang mereka semua dalah rekan kerjanya
sendiri. Padahal sesungguhnya aku harus merasa marah karenanya.
“Aku rasa kamu menyukainya,” jawabnya lirih.
Lalu dia membalikkan tubuhnya dan menarik selimut ke atas.
“Selamat tidur, sayang, I love you”

Petualangan Pesta Pantai (Bag 1)

Sekitar satu minggu yang lalu isteriku, Dayu dan aku diundang hadir ke sebuah beach resort
bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Isteriku bekerja pada bagian marketing di sebuah
perusahaan besar yang sangat sukses beberapa tahun belakangan, dan hal tersebut berimbas pada
kesejahteraan karyawannya yang semakin naik dan beberapa bonus juga, salah satunya adalah
perjalanan ke resort kali ini.
Aku sangat bergairah untuk pergi, meskipun dia merasa khawatir bertemu dengan rekan-rekan
kerja isteriku. Kantor Dayu bekerja sangatlah berkultur informal, dan kadang Dayu cerita padaku
tentang semua godaan dan cubitan yang berlangsung selama jam kerja. Aku bekerja pada sebuah
firma hukum, yang sangat disiplin dan professional, dan bercanda apalagi saling goda merupakan
hal yang tak bisa ditolerir dalam perusahaan. Dan hal itu mempengaruhi sikap dan perilakuku
dalam keseharian, aku menjadi seorang yang tegas dan formal. Aku tak begitu yakin bisa berbaur
dengan rekan kerja Dayu nanti.
Dayu sendiri adalah seorang wanita periang dan mudah bergaul. Berumur 30 tahun, potongan
rambut pendek seleher dan berwajah manis. Dia agak sedikit pendek dibawah rata-rata, pahanya
ramping yang bermuara pada pinggang dengan pantat yang kencang. Sosok mungilnya
berhiaskan sepasang payudara yang lumayan besar dan namun bulat kencang meskipun tanpa
memakai penyangga bra. Kami berjumpa dibangku kuliah dan menjadi dekat dalam waktu
singkat lalu menikah tak lama setelah kami lulus. Dia tak begitu berpengalaman dalam hal seks,
meskipun aku bukanlah lelaki pertama yang berhubungan seks dengannya.
Kala hari perjalanan itu tiba, kami mengenderai mobil menuju resort tersebut. Dalam perjalanan
kesana Dayu menceritakan kalau dia telah membeli sebuah bikini baru untuk akhir pekan kali
ini.
“Mau pamer tubuh ke orang-orang, ya?” candaku padanya.
“Mungkin,” jawabnya dengan tersenyum.
“Maksudmu?” tanyaku penasaran.
Dayu yang kutahu tak begitu suka mempertontonkan tubuhnya, aku selalu merasa sulit untuk
sekedar memaki pakaian renang yang minim.
“Nggak ada, bukan apa-apa” Dayu tertawa menggoda suaminya. “Sudah pernah kubilang
padamu kan kalau dikantor kita senang bercanda dan saling menggoda. Liburan ini pasti tak ada
bedanya, hanya tempat dan suasananya yang beda untuk sedikit genit didepan para pria.”
“Kamu juga genit di depan teman-teman priamu?” tanya Wisnu gusar.
“Bukan cuma aku, sayang. Semua teman wanitaku juga melakukannya kok,” jawab Dayu
menjelaskan. “Cuma sedikit genit, menggoda dan bercanda. Kamu tahu, kadang saling bercanda
mmm… yeah bercanda agak jorok, seks dan juga sedikit tontonan.”
“Tunggu, apa?” suara Wisnu agak meninggi.
“Tontonan? Kamu mempertontonkan tubuhmu ke teman-teman priamu?”
“Oh, sayang, ini bukan sungguh-sungguh,” jawab Dayu. “Cuma menggoda kok. Hanya sedikit
menyingkap baju, kadang sedikit memberi bonus dengan memperlihatkan dada sebentar.”
Aku terhenyak, isteriku memperlihatkan payudaranya pada pria lain? Pria lain di kantornya? Ini
bukan seperti sosok Dayu yang kukenal selama ini. Hanya seberapa dekat dia dengan teman
kerja prianya? Kepalaku dipenuhi oleh pikiran yang berkecamuk tak karuan hingga akhirnya
kami tiba di resort.
Segera kuparkir kendaraan kami. Begitu memasuki lobby dengan bawaan kami, sekelompok
orang melambai ke arah Dayu untuk mendekat. Mereka adalah beberapa orang dari rekan-rekan
kerjanya dan Dayu memperkenalkanku. Alan, Dave, Eddie, Gary adalah nama taman-teman
prianya dan yang wanitanya Sasha, Kristin, Melly dan Nina.
Mereka berkata pada Dayu kalau semua orang harus bertemu di kolam renang pribadi dan
minum-minum dulu sebelum berikutnya pergi ke pantai. Kami setuju untuk menyusul mereka
secepatnya setelah menaruh bawaan dikamar dan berganti pakaian.
Baru saja mereka beranjak, Alan sudah beraksi dengan mencubit pinggul Dayu yang langsung
memekik kegelian dan mendorong tubuh Alan menjauh. Aku sangat terkejut mendapati hal
tersebut dan hampir saja teriak marah, tapi mereka semua mulai tertawa, termasuk Dayu, jadi
aku pikir inilah sebagian dari cara mereka saling menggoda dan bercanda. Aku tak mau dianggap
seorang yang kolot dan tak bisa berbaur di lima menit pertama kehadiranku, jadi aku hanya diam
saja membiarkan.
Kami menuju ke kamar kami dan mulai berganti pakaian dengan pakaian renang. Dayu masuk ke
kamar mandi untuk berganti pakaian dan kemudian keluar dengan sebuah handuk membalut
tubuhnya. Aku ingin melihat apa yang dipakainya dibalik handuk tersebut, tapi dia langsung
memotongku sebelum mampu berkata sepatah kata
“Ayo, kita turun!”
Kuraih sebuah buku dan berjalan mengikutinya menuju kolam renang. Kantor Dayu pasti sudah
menyewa seluruh kolam tersebut, karena ada logo perusahaan pada semua handuk dan pada
tulisan selamat datang. Ada sekitar lima puluhan orang di area kola mini. Kebanyakan dari
mereka adalah pria, dan yang membuatku kecewa, kebanyakan dari mereka terlihat muda dan
menarik. Para wanitanya juga tak ada yang mengecewakan. Kebanyakan mereka hanya berbikini
minim memperlihatkan keindahan tubuh muda mereka.
Baru saja aku hendak bertanya dimanakah teman-temannya yang tadi, saat kulihat isteriku
sedang membuka handuk penutup tubuhnya. Apa yang terpampang dihadapanku sangat
membuatku terpaku, dibalik handuk tersebut dia memakai sebuah bikini warna merah tua dan…
sangat minim. Bagian atasnya hanya menutup sebagian depan dari payudaranya, dan tali
penahannya yang terkalung dileher jenjangnya terlihat seakan siap untuk dilepas. Sedangkan
bagian bawah hampir menyerupai thong, memperlihatkan keindahan paha dan bongkahan
pantatnya. Dia terlihat begitu menawan.
Tak heran dia menutupinya dengan handuk saat dikamar tadi, pikirku. Dia tahu kalau aku pasti
akan meributkan apa yang dipakainya. Baru saja aku hendak berkomentar namun terpotong oleh
sebuah teriakan dari seberang kolam,
“Hey, lihat Dayu!”
Dan langsung disusul oleh riuh rendah suara yang diiringi siulan nakal dari para pria di area
kolam tersebut. Dayu hanya tertawa riang lalu melakukan sebuah pose, memperlihatkan perutnya
yang rata dan kemulusan pahanya sambil mengoleskan sun-block ke tubuhnya. Dia menoleh ke
arahku dan berkata,
“Lihat kan? Hanya menggoda saja!”
Aku hanya mengangguk dan terdiam. Aku harapdia mengatakan sesuatu tentang betapa
terbukanya pakaian renang yang dia pakai ini tapi itu bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan,
ini tetap hanya sebuah bikini. Jika para pria ingin memandangi tubuh isteriku, apa salahnya
dengan itu? Bahkan aku bisa merasa bangga akan hal tersebut.
Aku rebah di atas bangku malas dan mulai membuka buku yang kubawa sedangkan Dayu
berjalan menghampiri teman-temannya. Aku berencana menghabiskan waktu dengan membaca,
namun mataku terus melayang ke arah dimana isteriku berada. Setiap kali aku melihat Dayu, dia
tengah asik bercanda dengan teman prianya. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti membaca, dan
hanya memperhatikan setiap tingkah lakunya sambil terus pura-pura membaca bukuku.
Di salah satu sudut kolam tersebut ada bar yang menyuguhkan berbagai macam minuman dan
sudah berulang kali aku kesana untuk sebotol bir dingin. Kelihatannya minumannya sudah
dipersiapkan dalam jumlah dan ragam yang banyak untuk membuat pesta ini berjalan meriah.
Kuamati Dayu sudah berulang kali pergi ke sana untuk segelas margaritas dan entah sudah
berapa banyak orang yang pergi mengambilkan minuman untuknya. Namun yang jelas dia
semakin bertambah mabuk seiring berjalannya waktu. Ditambah lagi para pria yang
mendorongnya dan juga para wanita lainnya untuk minum lebih banyak lagi. Pada suatu
kesempatan Dave menantang Dayu untuk berlomba menghabiskan minuman dalam gelas
mereka, yang tentu saja dimenangkan Dave dengan mudah, melihat kondisi Dayu sudah lebih
dari sekedar mabuk.
Baru saja aku mulai kembali membaca, Dayu datang menghampiri. Dia baru saja keluar dari
dalam kolam dan tubuhnya basah kuyup. Dengan kain penutup tubuh yang dia kenakan
menempel erat disetiap lekuk tubuhnya, membuat dia semakin terlihat menggoda.
“Hai, sayang,” sapanya. “Sudah lebih santai?”
“Yeah,” jawab Wisnu. “Kamu sendiri, bisa bersenang-senang?”
“Oh, ya,” dia tersenyum manja. “Aku sudah agak mabuk.”
Itu terlihat jelas, tapi aku tak mau lebih mendesaknya. Dayu mengeringkan tubuhnya dengan
handuknya, lalu melangkah kembali ke teman-temannya.
Aku kembali pada bacaanku, hingga tiba-tiba saja kudengar suara jeritan. Dengan cepat aku
menoleh ke arah suara tersebut, tepat disaat kulihat Melly yang tengah menutupi payudara
telanjangnya dengan tangannya. Salah satu dari pria tersebut menarik lepas penutup dadanya dan
sekarang tengah berlari dipinggiran kolam dengan menenteng penutup dada tersebut. Melly
mengejarnya, dengan lengan menyilang menutupi dadanya hingga si pria berhenti lalu
menangkap tubuh Melly dan menariknya bersamanya menceburkan diri ke dalam kolam.
Aku dengar sebuah suara jeritan lagi dan salah seorang wanita yang tak kukenal sekarang juga
tak berpenutup dada. Alih-alih menutupi payudaranya, kali ini si wanita hanya membiarkan saja
pria yang menarik lepas penutup dadanya itu berlari menjauh dan dia terus mengobrol dengan
temannya seakan tak terjadi apapun.
Aku memandang sekeliling untuk mencari Dayu. Dia sedang mengobrol dengan seorang pria di
kolam yang dangkal. Kuperhatikan Alan sedang berenang ke arahnya dari belakang dan muncul
tepat dibelakangnya lalu menyentakkan tali penahan penutup dadanya di leher. Penutup dada
Dayu tertarik erat menekan daging bulat kenyal tersebut dan tiba-tiba saja payudaranya terayun
meloncat lepas dari penutupnya. Dia memekik dan tubuhnya berbalik ke belakang untuk
memukul Alan. Alan mengangkat penutup dada tersebut tinggi ke atas, Dayu hanya tertawa
keras lalu melompat mencoba merebutnya. Nampak payudaranya terayun seiring tiap
lompatannya, puting merah mudanya terlihat jelas mencuat keras membuat seluruh pria dikolam
tersebut bersorak riuh.
Dave bergerak ke belakang, Dayu lalu menangkap pinggangnya dan mengangkatnya tinggitinggi
agar bisa meraih penutup dada yang dipegangi Alan. Dayu rebut penutup dada tersebut
dari tangan Alan lalu mengibaskannya pada Alan dengan tertawa genit. Dayu mulai memakai
kembali penutup dadanya, namun masih kalah cepat dengan tangan Alan yang menjulur ke
arahnya untuk meremas payudara telanjangnya yang sebelah kiri. Kembali Dayu memekik dan
menepis tangan Alan untuk menjauh.
Rupanya para wanita tak membiarkan begitu saja dengan perbuatan para pria terhadap penutup
dada mereka. Beberapa menit setelah Dave membantu Dayu tadi, nampak Melly berjalan
mengendap dibelakang Dave yang sekarang berdiri di depan Bar lalu menarik turun celana
renang yang dipakai Dave. Sebuah batang penis yang besar menyembul keluar dan seluruh
wanita menjerit riuh tak terkecuali Dayu. Dave hanya tertawa keras dan mulai mengejar Melly
yang berlari mengitari tepian kolam. Dengan konyol Dave berlari mengejr dan mengibasngibaskan
batang penisnya ke arah Melly yang berlari, menjerit dan tertawa.
Setelah beberapa menit kemudian, Dayu keluar dari kolam renang dan berjalan ke arahku.
Sebelum dia mampu mengucap sepatah kata, aku sudah memberondongnya dengan pertanyaan
tentang apa yang sedang terjadi disana.
“Oh, sayang, bukan apa-apa. Mereka hanya bersenang-senang, itu saja,” jawab Dayu.
“Aku rasa melihatmu telanjang dada dan juga menyentuh dadamu bukan sekedar bercanda
atapun senang-senang!” kataku ketus.
“Sayang, jangan terlalu kolot begitu. Lagipula aku sudah memakai penutup dadaku lagi. Lihat
para pria itu, mereka melepas beberapa penutup dada teman wanitaku yang lainnya lagi dan
sebagian dari para merka, mereka tak ambil pusing untuk memakainya lagi.”
Dia berhasil memojokkanku. Beberapa teman wanitanya sekarang sudah mondar-mandir dengan
telanjang dada, terkadang salah seorang pria akan mendekat untuk sekedar menyentuh atau
meremas payudara mereka.
“Lagipula,” Dayu membungkuk dan tiba-tiba memelankan suaranya,
“Bukankah ini membuatmu terangsang melihat para pria melirikku? Mengintip dadaku dan
menyentuhnya sedikit?”
Aku jadi terdiam karena memang itu kenyataannya. Aku merasakan rangsangan setelah melihat
para pria tersebut menggoda isterinku, namun aku juga merasakan cemburu yang sangat besar.
“Semua hanya coba bersenang-senang dan tak ada yang dirugikan,” sambung Dayu lagi. “Coba
pikirkan saja betapa nakalnya isterimu ini, membiarkan para pria melihat dadanya dan
menyentuhnya.”
Aku menganggukkan kepala pelan dan dia tersenyum lebar lalu melangkah pergi. Aku merasa
harus mengucapkan sesuatu, namun moment tersebut telah musnah. Lagipula, jika para pria
berlaku seperti itu pada semua wanita di sini, tak ada alasan bagiku untuk merasa marah. Aku
coba lagi untuk konsentrasi pada buku yang kubawa, namun tak berapa lama rasa kantuk
melanda. Aku ambil kacamatku lalu dengan cepat terlelap.
Saat aku terbangun, suasana menjadi sangat riuh di dalam kolam. Kebanyakan para wanita yang
berada disana sudah tak memakai penutup dada lagi, termasuk Kristin yang tengah berjalan lewat
di depan tempatku berada. Kristin berbadan lebih tinggi dibandingkan Dayu, tapi payudaranya
lebih kecil. Dadanya terekspos bebas, dan penutup dadanya terlihat menggantung dilehernya,
mungkin hasil usil beberapa pria yang melepaskan pengaitnya.
Aku masih merasa ngantuk namun sudah terjaga, dan dengan kaca mata yang menutupi mataku
terlihat aku masih tertidur. Aku sapukan pandangan ke seantero area kolam untuk mencari istriku
dan kusaksikan suasana sudah semakin memanas, beberapa pasang pria wanita bahkan terlihat
saling bercumbu di dalam kolam renang tanpa mempedulikan sekeliling lagi.
Akhirnya kutemukan keberadaan Dayu, yang sedang duduk dipinggir kolam dengan kakinya
masuk ke dalam air. Alan menemaninya di dalam kolam, lengannya bertumpu di atas paha Dayu.
Keduanya terlihat asik ngobrol dengan wajah yang hampir bersentuhan. Ekspresi wajah Dayu
terlihat jengah, sedangkan Alan terlihat sedang merajuk tentang sesuatu. Sebentar-sebentar
terdengar suara tawa renyah pecah dari mulut Dayu, terdengar jelas kalau dia masih dalam
kondisi mabuk.
Beberapa menit berselang, terlihat Dayu mengangkat lengannya dan mengangkat salah satu tali
penahan penutup dadanya dibahunya kemudian pelan-pelan dia turunkan dari bahunya. Alan
mengucapkan sesuatu yang kembali membuat tawa isteriku pecah. Kemuadian dia memegang
tangan Dayu dan menariknya masuk ke dalam air diantara kedua pahanya. Brengsek, umpatku
dalam hati. Apa Alan sudah membuat isteriku menyentuh batang penisnya?
Dayu memekik terkejut pada awalnya lalu kembali dia tertawa. Dia tetap membiarkan tangannya
berada di dalam air, lalu mulailah terlihat dia menggerakkan tangannya. Kembali Alan
mengucapkan sesuatu dan Dayu tertawa lagi, lalu dia angkat tangannya dari dalam air dan
menurunkan tali penahan penutup dadanya yang satu lagi dari bahunya. Dia memandang sekilas
kearahku, dan aku terdiam tak berani bergerak. Aku pasti telah membuatnya yakin kalau aku
masih tertidur lelap karena kemudian dia menoleh kembali pada Alan.
Penutup dadanya sekarang hanya bergantung ditahan hanya oleh daging bulat payudaranya saja.
Alan sekarang memandanginya tanpa sungkan-sungkan lagi dan mengobrol dengan penuh
semangat. Aku tak tahu apa yang tengah dia ucapkan, tapi melihat isteriku yang terlihat
melakukan setiap apapun yang Alan pinta, itu pasti sebuah paduan sempurna dari sebuah humor
dan rayuan. Beberapa saat berikutnya kembali tangan Dayu masuk ke dalam air. Kali ini dia
terlihat menahan nafas. Apapun yang dia pegang di dalam air tersebut, itu membuatnya terkesan.
Alan tertawa dan membisikkan sesuatu yang membuat tawa Dayu lebih pecah dengan kerasnya.
Kembali Dayu mengangkat tangannya dari dalam air kemudian meremas kedua lengannya rapatrapat.
Belahan daging payudaranya terangkat sedikit, cukup untuk membuat penutup dadanya
sedikit lebih turun lagi, membuat putingnya sekarang terekspos di hadapan mata Alan. Putingnya
yang merekah terlihat sangat keras dan mencuat menggiurkan dari bulat kenyalnya payudaranya
yang indah.
Menyaksikan hal itu membuatku sangat terkejut sekaligus merasa api birahiku berkobar hebat,
batang penisku langsung tebangun dan ereksi penuh. Aku tak bisa percayai kalau isteriku telah
mengekspos dirinya dihadapan seorang pria seperti itu, dan aku tak bisa percaya kalau diriku
sendiri merasa terangsang karena melihat kejadian tersebut. Apa yang salah dengan diriku?
Alan sangat menikmati waktunya mengamati keindahan payudara Dayu untuk bebeapa waktu,
kemudian dia membungkuk mendekat ke arah Dayu dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Dayu tertawa genit dan kembali tangannya bergerak masuk ke air. Keduanya diam tak berbicara
untuk beberapa saat sedangkan tangan Dayu bergerak naik turun di dalam air.
Terlihat nyata kalau Dayu tengah mengocok batang penis Alan. Beberapa detik kemudian Dayu
menoleh ke arahku dengan ragu-ragu. Aku yakin jika dia melihatku bergerak, maka dia akan
langsung menghentikan apapun yang tengah dia lakukan itu, tapi aku tetap diam tak bergerak.
Aku merasa seberapa besar rasa cemburu dalam dadaku, maka sebesar itu pula keinginanku
untuk melihat apa yang akan terjadi berikutnya.
Setelah memastikan kalau aku masih tetap tertidur, Dayu turun dari tepian kolam lalu masuk ke
dalam air. Sekarang dia berdiri berhadapan dengan Alan, penutup dadanya menempel
diperutnya. Kedua tangannya kembali masuk ke dalam air lalu keduanya nampak sedikit
menggeliat untuk beberapa saat. Aku hanya mampu menebak apa yang tengah mereka lakukan
hingga celana renang Alan tiba-tiba saja muncul dari dalam air disamping tubuhnya. Dayu telah
melepaskannya!
Keduanya tertawa berbarengan, lalu kembali Dayu memasukkan tangannya kedalam air. Nafas
Alan mulai terlihat berat dan tatapan matanya terpaku pada payudara indah milik isteriku. Dayu
hanya tertawa genit atas tatapan mata Alan pada payudaranya tersebut dan bahkan beberapa kali
nampak dia sedikit menggoyangkan dadanya untuk memberikan sedikit tontonan pada Alan.
Dayu mulai menggerakkan tangannya naik turun dengan cepat dan semakin bertambah cepat,
sementara itu Atatapan mata Alan tak pernah lepas dari payudara isteriku. Tiba-tiba Alan
memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit bibir bawahnya. Dayu melihat ke bawah dan
menatap air seakan terhipnotis saat Alan mulai menggelinjang. Setelah beberapa saat dia
berhenti menggelinjang dan membuka matanya kembali. Lalu Alan membisikkan sesuatu
padanya yang membuat Dayu menjerit dengan nada genit marah dan mendorong Alan menjauh.
Alan tertawa dan menggenggam celana renangnya, sedangkan Dayu memakai penutup dadanya
kembali.
Aku sudah tak yakin lagi apakah yang mampu membuatku terkejut lagi, menyaksikan isteriku
memasturbasi pria lain didepan mataku ataukah kenyataan bahwa tak ada seorangpun yang
memperhatikannya. Melihat sekeliling, kusaksikan begitu banyak orang yang saling mencumbu,
dan aku rasa mereka berdua merasa sangat yakin kalau tak ada seseorangpun yang
memperhatikan apa yang mereka perbuat. Aku bertanya kalau diriku masih seorang pria lugu dan
kolot lagi sekarang, benarkah begitu? Benakku menjawab, masih, namun batang penisku yang
ereksi berkata tidak.
Setelah setengah jam berikutnya, Kristin berdiri, masih bertelanjang dada mengumumkan bahwa
saatnya untuk pergi ke pantai telah tiba. Perusahaan telah menyewa beberapa van untuk
mengangkut semua orang disana dan tidak memperbolehkan memakai mobil sendiri.
Aku pura-pura baru bangun dari tidurku saat Dayu berjalan mendekatiku. Dia masih agak
mabuk, jika tak mau dikatakan mabuk dan kuputuskan untuk melihat apakah dia akan
mengungkapkan semuanya.
“Ada yang terjadi lagi saat aku tertidur?”
“Tak begitu banyak, sayang,” jawabnya.
“Ada lagi yang mencuri lepas penutup dada?” desakku.
“Kenapa?” tanya istriku dengan nada menggoda. “Apa kamu ingin dengar tentang itu?”
“Mungkin,” jawabku, meskipun dengan cara penyampaiannya itu membuatku terdengar sangat
ingin mendengarnya.
“Well, tak ada lagi yang mencuri lepas penutup dada, tapi Alan masih ingin melihat payudaraku
dan dia terus merajuk. Jadi kupikir dia juga sudah melihatnya, aku memberinya sedikit bonus
lagi.”
“Oh,” jawabku.
“Jadi kuturunkan sedikit penutup dadaku dan membiarkan dia melihatnya. Tapi hanya itu saja.
Tak apa-apa kan sayang? Kamu tak marah padaku karena sudah memperlihatkan payudaraku
sebentar pada teman priaku?” jawabnya dengan nada merajuk.
“Aku rasa begitu…” jawabku datar.
Aku sedang membayangkan dia memasturbasi Alan.
Kami mengemasi handuk kami dan kemudian berjalan mengikuti yang lain menuju ke area
parkir. Kami masuk ke dalam van yang semua orang di dalamnya tak kukenal lalu mulailah kami
berangkat menuju ke pantai. Jalanan yang dilalui sangat jelek dan membuat van yang kami
tumpangi terlonjak-lonjak, namun aku tak begitu merasakannya karena aku tengah fokus pada
usaha untuk mengingat apa yang kusaksikan pada Dayu dan Alan tadi.
Saat tiba di pantai, kuperhatikan kalau perusahaan juga sudah mengeset sebuah erena untuk
permainan bola voli lengkap dengan net-nya dan segera saja Kristin dan Nana sudah berinisiatif
untuk memuali sebuah pertandingan. Kuputuskan untuk rebah diatas pasir saja dan melihat,
berusaha untuk menata perasaan dan melegakan himpitan dalam dada, sedangkan Dayu langsung
bergabung dalam permainan. Kedua team terbagi dalam kelompok wanita dan pria. Sebenarnya
pertandingan tersebut menyenangkan untuk disaksikan karena para pemainnya ternyata lumayan
mahir dan juga karena para wanita terlihat begitu menawan saat melompat dalam balutan bikini
minim mereka. Seiring jalannya pertandingan, suasana semakin bertambah panas, kata-kata
jorokdan ejekan penuh sendau gurau terus bersahutan.
Sekarang tibalah saatnya bagi isteriku untuk serve.
“Siap-siap guys, kali ini kalian ak akan bisa mengemblikan!” teriaknya.
“Kamu mau bertaruh untuk penutup dadamu?” teriak Eddie membalas.
Langsung terdengar riuh rendah suara menyambut dari para penontonnya. Dayu terdiam
beberapa saat, mimik wajahnya menggambarkan ekspresi yang sangat seksi kemudian belas
menyahut,
“Kalau kamu tak bisa mengembalikannya, kamu harus melepas celanamu!”
“Ok, tapi itu tak akan terjadi sayang!” balas Eddie.
Dayu merespon dengan melempar bola ditangannya tinggi-tinggi dan mengirimkan sebuah serve
yang sangat kuat. Aku tak yakin berapa banyak rekan kerjanya yang tahu, kalau dia saat kuliah
dulu termasuk andalan dalam team bola voli. Bola tersebut mengarah sangat sesuai dengan yang
dia inginkan, mendarat dengan tajam diantara dua pemain yang paling payah.
Para wanita bersorak menyambutnya sedangkan para pria terlihat menepuk kepalnya sambil
mengerang kesal. Eddie bersiul dan menghadap ke arah Dayu, kemudian mencengkeram
celananya kemudian menurunkannya. Batang penisnya tak sepanjang milik Dave namun jauh
lebih besar. Benar-benar cukup besar untuk mengundang siulan dan teriakan dari para wanita.
Dayu menatapnya dengan senyum birahi tergambar pada wajahnya. Belum pernah dia menatap
batang penisku dengan ekspresi seperti itu sebelumnya.
Dayu bersiap untuk serve berikutnya dan berteriak pada seorang pria yang tak kukenal,
“Hey, Don! Mau bertaruh yang sama juga?”
Doni melihat ke arah Eddie, lalu beralih ke dada isteriku dan kemudian menjawab,
“Tentu saja!”
Dayu memberikan sebuah serve penuh tenaga lagi, namun kali ini para pria sudah lebih siap
menyambutnya. Salah seorang pria melompat menyambut datangnya bola, bola tersebut
melayang cukup tinggi bagi Dave untuk menyambutnya dengan smash yang keras. Para wanita
terlihat terkejut dengan serangan tersebut, dan begitu bola mendarat mulus diatas pasir, para pria
berteriak menyambutnya,
“Lepas! Lepas!”
Dayu menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganna, dia tertawa malu, lalu tangannya
bergerak kebelakang tubuhnya untuk melepaskan penutup dadanya. Dia menahannya didada
untuk beberpa saat dan kemudian melepas kain penutup dada tersebut ke samping. Payudara
bulat indahnya yang dihiasi putting merah mencuat terpampang jelas tanpa penghalang lagi. Para
pria mulai bersiut dan berteriak menyambutnya, sedangkan Dayu tampak memerah wajahnya
dan tertawa.
Dayu memainkan sisa pertandingan dengan bertelanjang dada, membuat semua orang
mendapatkan sebuah tontonan indah. Setiap kali dia berlari atau melompat untuk mengembalikan
bola, payudaranya akan memantul dengan seksi. Kuperhatikan semua selangkangan para pria
terlihat menonjol karena ereksinya melihat semua gerakan isteriku, khususunya Eddie.
Tak lama kemudian game tersebut berakhir dengan kemenangan dipihak team isteriku. Dayu dia
berjalan memungut penutup dadanya, tapi tak memakainya kembali. Lalu dia berjalan
menghampiri Eddie, yang baru saja mengambil celananya. Kuamati dia agak merentangkan
punggungnya ke belakang, membuat payudaranya lebih menonjol kedepan. Mereka mulai
mengobrolkan sesuatu, dan kuperhatikan pandangan isteriku lebih sering tertuju pada batang
penis besarnya Eddie dan mata Eddie seakan juga tak mau lepas dari dada isteriku.
Eddie mengucapkan sesuatu, lalu mendorongkan batang penisnya kearah isteriku. Dayu tertawa
genit dan menggelengkan kepalanya, tapi pandangannya tak beralih dari batang penis tersebut.
Eddie tetap pada posisinya, tak bergerak dan setelah beberapa lama tangan isteriku menggapai ke
depan dan menggenggam batang penis milik Eddie. Dia memeganginya sejenak, kemudian dia
sedikit menggoyangkannya dan dia tertawa senang.
Eddie juga tertawa, kemudian tangannya terjulur kedepan dan menarik bagian depan dari kain
penutup selangkangan yang dipakai Dayu. Dia membungkuk kedepan untuk mengintip vagina
isteriku, sedangkan Dayu menjerit malu namun tak berusaha menghentikannya.
Tiba-tiba saja Eddie menyentakkannya turun hingga ke pergelangan kaki isteriku. Dayu menjerit,
membuat semua orang menoleh ke arahnya dan menyaksikan vaginanya yang dihiasi rambut
tercukur rapi terekspos penuh. Tubuh indah isteriku telah telanjang seutuhnya sekarang, dan
ekspresi malunya semakin membuatnya terlihat sangat cantik.
Dengan cepat Dayu menaikkan penutup tubuh bawahnya dengan diiringi sorakan para pria,
namun dia tak memakai kembali penutup dadanya. Matahari sudah mulai beranjak ke
peraduannya sekarang, lalu Kristin meminta semua orang untuk kembali ke resort, semuanya
diminta untuk berkumpul kembali di hot tub jam 10 nanti.
Kami mulai berkemas dan berjalan menuju mobil, kami berjalan dengan santai dan saat kami
tiba ke tempat parkir, yang tersisa hanya sebuah mini-van kecil dan orang yang masih ada
berjumlah delapan orang. Iseriku adalah satu-satunya wanita dikelompuk ini dan pria yang
kukenal dalam grup ini hanyalah Gary dan Dave. Garry naik ke kursi pengemudi dan menyuruh
kita semua untuk segera masuk ke dalam mobil.
Barusaja aku hendak menyuruh isteriku agar duduk di kursi belakang, namun Dave yang berada
dikursi depan berkata, “Hey, Dayu, duduk disini saja, kupangku! Biar semuanya cukup.”
Dayu sama sekali tak melirikku untuk meminta persetujuan.
“Oke,” dia tertawa manja, “Tapi jangan macam-macam!”
Kemudian dia naik ke pangkuan Dave, dengan masih hanya memakai penutup tubuh bawahnya
saja. Para pria yang lainnya dengan cepat saling berebut naikke kursi tengah, membuatku
terpaksa duduk jauh dibelakang.
Semua orang kecuali aku dan Gary sudah dalam keadaan lumayan mabuk. Aku duduk
dibelakang, disamping seorang pria yang keadaannya sudah mabuk berat, dan berbicara tentang
sepak bola dengan suara yang sangat keras. Semua orang nampak asik dengan topik yang
diangkat pria ini, jadi ada empat orang pria yang mabuk saling teriak satu sama lainnya dalam
mini-van ini.
Aku tak begitu ingin ikut masuk dalam pembicaraan mereka, karena aku ingin konsentrasi
mengawasi isteriku yang berada di depan. Aku tak mau Dave mengambil kesempatan dlam
situasi ini. Sudut pandangnku sangat kurang menguntungkan dan aku harus membungkuk ke
depan untuk dapat melihat apa yang terjadi dikursi depan.
Pada awalnya kulihat isteriku nampak bersandar ke tubuh Dave di belakangnya, yang berusaha
memasang sabuk pengaman ke tubuh mereka berdua. Itu membuatnya harus meraih kedepan dan
tangannya menyentuh payudara Dayu karenanya. Dave melakukannya lebih lama dari yang
seharusnya, tapi Dayu hanya membiarkannya saja.
Kami mulai memasuki jalanan yang jelek, membuat mini-van ini melompat-lompat dan yang
berada didalamnya terguncang. Ditengah guncangan yang terjadi itu kuamati tangan Dave yang
semula berada di dada Dayu bergeser ke pahanya. Keduanya asik mengobrol dan tertawa-tawa,
tapi karena keberadaanku di belakang dan ditambah pula suar berisik para pria mabuk ini yang
membicarakan sepak bola dengan sura yang keras membuatku dapat mendengar apa yang tengah
dibcarakan Dayu dengan Dave.
Satu dari pria mabuk ini menoleh padaku dan bertanya tentang team sepak boal favoritku. Aku
berusaha untuk tetapa fokus pada kejadian di kursi depan, tapi aku tak ingin menarik perhatian
para pria mabuk ini. Jadi kujawab pertanyaaan pria tersebut dan mulai masuk dalam perbicangan
tentang sepak bola ini. Jalanan yang kami lalui bertambah semakin parah, dan aku harus susah
payah menjaga posisiku agar tetap stabil dan pada perbincangan tersebut.
Saat akhirnya aku bisa melirik ke arah depan lagi, kuperhatikan Dayu dan Dave sudah tak
memakai sabuk pengaman lagi. Tak ada yang kelihatan aneh. Tangan Dave masih berada
dipinggang isteriku, meskipun sekarang posisi duduk Dayu agak lebih naik di pangkuan Dave
dan terguncang naik turun. Kupikir guncangan tersebut disebabkan oleh buruknya kondisi jalan,
namun saat mobil berhenti dilampu merah, kuperhatikan tubuh Dayu tetap bergerak naik turun.
Aku tak bisa melihat ekspresi keduanya dan tiba-tiba saja sebuah prasangka buruk menyergap
otakku, mungkin saat ini Dave sedang menyetubuhinya. Kecurigaanku semakin besar saat
kuamati mereka berdua sama sekali diam tak saling bicara.
Disisa perjalanan aku membungkuk ke depan dan mengamati tubuh isteriku terayun naik turun,
menerka-nerka tentang kemungkinan kemungkin yang terjadi dikursi depan. Setelah sekitar dua
puluh menitan, mobil berbelok arah dan sudah tampak resort di depan.
Aku yang paling terakhir keluar dari dalam mobil dan aku bergegas menyusul Dayu yang sudah
berjalan didepan bersama Dave dan Gary. Saat akhirnya aku berhasil menyusulnya, kuperhatikan
kalau wajahnya tampak memerah dan dia sedikit berkeringat.
“Hey,” kataku, saat semua pria sudah berjalan menjauh didepan. “Apa yang sudah terjadi dikursi
depan tadi?”
“Apa? Apa yang sudah kamu lihat?” tanyanya, terdengar terkejut namun juga bersemangat.
“Aku tak bisa melihat, tapi kuperhatikan kalau Dave terlihat sangat menikmati keadaannya,”
jawabku mencoba berkilah.
“Jangan marah, sayang, kami hanya bercanda saja,” dia mulai menjelaskan.
“Dave terus mengeluh tentang celananya yang sangat sesak, jadi aku menyuruhnya untuk
menurunkannya sedikit kalau dia mau. Sebenarnya aku cuma bercanda dan bermaksud
menggodanya saja. Aku tak bermaksud agar dia benar-benar melakukannya, tapi dia sungguhsungguh
melakukannya. Andai saja kamu melihat betapa batang penisnya sungguh sangat besar
” terangnya dengan suara pelan namun punuh gairah
“Sayang, batang penisnya itu sungguh besar. Aku menggeseknya dengan pantatku beberapa saat.
Lalu dia sepertinya menarik penutup tubuh bawahku kesamping dan kepala penisnya menyelinap
masuk ke dalam bibir vaginaku begitu saja. Aku rasa itu tak sengaja. Dan kamu tahu kondisi
jalannya yang sangat parah kan? Tubuhku jadi terangkat naik turun dan itu membuat batang
penisnya semakin masuk bertambah dalam, hingga akhirnya… kamu mungkin tak percaya
sayang, batang penisnya jadi masuk semuanya! Tapi baru sebentar saja aku merasakan vaginaku
terisi penuh, mobilnya menghantam gundukan yang besar dan batang penisnya jadi tercabut
keluar begitu saja, lalu kubetulkan lagi penutup tubuh bawahku dan selesai, itu saja.”
Ekspresi wajahnya jadi bergairah dan menghiba disaat yang bersamaan.
“Tak apa-apa kan sayang? Bukan masalah besar kan? Ini benar-benar kecelakaan dan lagipula
dia tak sampai keluar.”
Aku sama sekali tak mampu bicara. Isteriku telah berterus terang dengan sangat gamblang kalau
dia baru saja menyetubuhi seorang pria. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku tak mungkin
membuat keributan besar di resort ini, di hadapan semua orang.
“Yah… kalau dia tak sampai keluar, kurasa itu tak maslah,” akhirnya jawabku lirih.
“Kamu sungguh suami yang sangat pengertian sayang!” teriaknya senang sambil memelukku.
“Ayo, kita cari sesuatu untuk makan malam!”

Tante Yenny




Namaku Adi salah satu pelajar di Jakarta. Aku merupakan anak orang yang sangat berkucukupan karena ortuku seorang pengusaha. Ortuku merupakan pengusaha yang suka keluar kota. Tetapi mereka keluar kota selalu dengan tujuan kota yang sama juga. Agar terjalin hubungan yang harmonis. Katanya sih begitu. Aku di rumah tinggal dengan Tante Yenny berumur sekitar 28 Tahun, Tanteku itu tinggal di rumahku karena dia telah bercerai dengan Om Yudha yang berada di Amerika. Aku tidak tahu masalah antara mereka berdua. Padahal Tante Yenny sangat cantik, menawan, sexy, berpayudara besar dan bongkahan pantat yang menarik. Setelah lama tinggal denganku, Aku baru tahu tante Yenny sangat haus akan sex. Tapi tetap saja dia sangat bersahaja, baik, dan sangat ramah sehingga aku tidak protes apabila dia ada di rumah. Setiap hari, dia sering berlari pagi di halaman rumahku yang cukup luas. Di rumahku ada tiga pembantu karena rumahku itu cukup luas sekali jadi kalo seorang pembantu pasti akan capek dengan membersihkan rumahku yang luas itu. Ketiga pembantuku itu tidak ada saat Minggu karena ada les seperti menjahit agar ada keterampilan apabila dia tidak bekerja di rumahku lagi.

Seperti biasanya di rumahku sepi saat hari Minggu, hanya ada tanteku dan aku. Di rumah tanteku mengenakan Baju super ketat jadi lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas sampe aku menelan ludah gara gara hal itu. Karena sudah terbiasa dengan aku, tidak sungkan dia tidak mengenakan BH jadi puting payudaranya terlihat jelas. Oiya, pengalaman dan pengetahuanku itu sangat minim sekali, aku hanya tau memasukkan penis ke dalam vagina itu saja. Aku hanya menonton film BF sekali pada saat di rumah temanku dan film BF yang kutonton hanya pada saat seorang cowok memasukan penisnya ke dalam vagina ceweknya tersebut. Aku tidak mempermasalahkan itu karena aku hanya menganggap itu sepele saja menurutku. Di minggu-minggu berikutnya Tanteku itu makin berani saja, bahkan pernah saat berenang dia tidak memakai sehelai benangpun dan aku melihat dari lantai 2 dengan penuh kosentrasi sampai penisku menegang. Terlihat Payudaranya yang montok itu dan daerah wanitanya ternyata sangat bersih sekali tanpa bulu sekalipun. Astaga aku tidak habis pikir.

Wajar saja karena Tanteku ini sangat menjaga keindahan tubuhnya dengan berolahraga dan ke salon atau ke tempat spa spa tertentu. Karena aku sudah tidak tahan dengan melihat begitu saja. Aku akan memperkosa tante Yenny pada hari minggu berikutnya. Pada saat minggu berikutnya, seperti biasa rumah sepi, aku melihat Tante Yenny sedang berenang di kolam renang yang berada di rumahku. Penisku menegang melihat aksinya. Aku segera melepas semua bajuku dan siap menerkam Tanteku itu dari belakang saat waktu yang pas dan siap dengan tali tambang untuk mengikat tangan tanteku itu. Saat aku telah melepas semua bajuku dengan penis menegang aku menunggu yang pas. Tante Yenny terlihat sedang asik berenang lalu Tante Yenny sepertinya akan mengakhiri acaranya tersebut. Aku sudah bersiap-siap. Tante Yenny mengambil handuk, mengeringkan tubuhnya yang sexy itu dan pada saat itu aku berjalan perlahan-lahan ke tante Yenny lalu aku langsung mengikat tangannya. Aku mengikat tangan dan kakinya tersebut.

'Aaah apa-apaan ini' berontak tante Yenny
'Sudah diem saja tante' seruku lalu aku mengikat tangannya
'Aaaah jangan Adi' berontak tanteku dgn berusaha melepaskan tangannya
'Sudah diem saja tante, aku tau kok tante suka inikan' bisikku ke telinganya, Tante Yenny tidak bisa memberontak lagi karena dia dalam keadaan dengan tangan yang aku ikat dengan tali tambang. Lalu aku bawa tanteku dengan tangan terikat ke tempat pondok dengan aku gendong. Dia masih memberontak kecil. Di pondok aku langsung mencicipi tubuhnya, pertama dengan menggosok-gosokan penisku ke bibir vaginanya.
'Shhh.. stop adi' desah tante Yenny
'Nikmati saja tante' seruku sambil meneruskan menggesek penisku
Setelah cukup licin aku langsung berusaha memasukan penisku ke dalam vagina tante Yenny 'bleeess' seperti itu bunyinya.
'Aaaah sakit di' erang tante Yenny.
'Aaah shhh aaah shhhh sakit di pelan pelan dong' Desah tante Yenny menerima hujaman penisku. Payudara Tante Yenny yang sedang nganggur, tidak aku tanggapi.
10 menit kemudian, Tante Yenny orgasme
'Aaaah aaa...ku keluar di' Bisik tante Yenny. Cairan hangat terasa di penisku. Aku pun masih melanjutkan memompa penisku dengan semangat
'Aaaah pelan pelan' erang tante Yenny. Aku tidak memperdulikannya lagi
Aku memompa dengan cepat dan sangat cepat
30 menit aku memacu penisku di vagina tante Yenny aku rasanya merasakan denyut denyut di penisku.
'Tanteee, aaaku merasakan denyut denyut di penisku tante' seruku
'Shhhh... jangan di keluarin di dalaam' seru tanteku
Karena menantang aku mempercepat pompaku tanpa mengindahkan perintah tante dan 'Croot crooot croooot' spermaku keluar di dalam vagina tante Yenny.

'Isssh kamu bandel banget si' kata tante Yenny dengan ekspresi marah
'Abis enak sih tante' jawabku dengan cengengesan
'Tapi enakan tante dengan pelayananku' imbuhku dengan tertawa kecil
'Iya sih tapi gak enak kalo tanpa pemanasan' jawab tante Yenny dengan kesal.
'Aku gak tau tentang foreplay tante aku cuma tau memasukan penis doang' jawabku sambil keheranan
'Dasar pemula cuma modal nekat doang' jawab Tante Yenny . 'Tapi mantap juga sih kamu maen tahan lama' seru Tante Yenny sambil ketawa cengingisan
'Lain kali tante mau kan ajarin aku cara foreplay ? Biar tambah tahan lama gitu tante' Rayuku
'Boleh deh tapi lepasin ikatan tangan tante dulu dong sakit tau' serunya sambil sedikit emosi. Aku melepaskan ikatan tangannya itu.
'Nah gitu dong baru begini tante agak enakan' serunya sambil membenarkan posisinya. Aku hanya ketawa kecil saja.

Aku melihat Tante Yenny begitu sexy sekali membuat penisku tegang kembali
'Tuh kan adiknya bangun lagi' Imbuh Tante Yenny.
'Tante kasih hadiah deh spesial buat penismu ini di' Tambah Tante Yenny.
Tante Yenny langsung mengulum penisku dengan semangatnya. Sungguh nikmat sekali kuluman Tante Yenny. Dia melumat juga buah zakarku dengan antusias.
'Aaah tante Yenny nikmat sekali' Desahku menikmati kuluman tanteku.
Setelah beberapa 15 menit Tante Yenny mengulum penisku, aku merasakan ingin orgasme karena sama seperti tadi yaitu ada denyut denyut penisku
'Tanteee.. aku pengeeeen keluuuu.aaar' Seruku
Tante Yenny mempercepat kulumannya dan muncrat lah spermaku didalam mulut Tante Yenny. Tanteku langsung meminum semua spermaku dengan lahapnya.
'Udah sampai sini dulu ya di, tante udah capek' Kata tante Yenny
Akupun mengangguk setuju. Aku sangat puas dengan hari ini dan Tante Yenny pun juga terlihat Puas.

Di Minggu berikutnya Tante Yenny dan aku melakukannya dengan berbagai gaya, cara, waktu dan tempat. Aku diajarkan olehnya karena dia cukup ahli dan dia juga mengajarkanku cara foreplay. Karena foreplay merupakan cara memuaskan wanita dalam berhubungan badan.

Tante Yuni




Dring .. teleponku berbunyi,hai anto kamu ada acara ngak pagi ini tanya tante yuni.
dan aku menjawab ngak ada acara apa2 emang nya mbak yuni mau ajak kemana.gini loh anto,suami mbak lagi keluar kota bisa ngak dik anto menemmani tante ke puncak,udah lama tante ngak nengok2 villa ,
dan aku menjawab,nanti anto kabarin.mau minta ijin sama ibu dulu setelah mendapat ijin dari ibu,kemudian aku langsung menyetujui untuk berangkat puncak bersama tante yuni,kami berangkat2 bersama sopirnya tante yuni,

aku mau bercerita sedikit tentang bagaimana aku bisa berkenalan dengan tante yuni,awalnya ada arisan keluarga dan tante yuni adalah teman baik ibuku,dan tante yuni termasuk yang termuda dalam anggota arisan ibu2,tante berumur sekita 34 thn tinggi badan tante sekitar 165 cm dada lumayan tidak terlalu besar sekita 34 pinggul lumayan juga tidak terlalu lebar badannya mulus sekali belom punya anak ,saat selesai arisan mau pulang mobilnya tidak bisa stater dan dia meminta ijin dari ibuku untuk mengantarnya pulang dan kebetulan suaminya dalam rangka tugas kantor sehingga aku yang diminta tolong mengantar pulang,sesampai dirumah aku ditahan tante yuni untuk menemani nonton tv kebetulan acara sinetron

tante yuni langsung kekamar berganti pakaian daster yang tipis dan tidak memakai bh sehingga dengan mudah bagi aku melihat kedua gunduk didalam daster,dan tante yuni duduk berhadapan dengan aku,sembali mengangkat kakinya kemeja tampa sengaja mataku melihat sekilah paha yang mulus, dan tampak menghadap kearah tempat dudukku,dan aku melilik sambil menebak apakah tante yuni tidak pakai celana dalam,dan mataku sebentar melilik dan sebentar mata menuju ke tv,dan sepertinya tante yuni mengetahui aku meliliknya dan tante yuni semakin sengaja membuka sedikit lebar pahanya sembari duduk menyenderkan kepalanya diatas sofa,mataku melilik dan sedangkan celanaku makin sempit dan sembari menahan tegang bergerak torpedoku dengan tangan kiriku aku membetulkan posisi torpedoku.saat tangan bergerak rupanya diperhatikan tante yuni dan tante yuni kelihatan senyum2,

dan tante yuni kemudian berkata kenapa anto lagi kepanasan ya bergerak2 terus,lalu aku menjawab dengan muka rada bersemu merah karena darah menjalar dengan kencang kemukaku sehingga terasa panas mukaku dan aku berkata menunduk mukaku,ngak tante eghnn....eehh.. eehh... dan aku ngak bisa menjawab
kemudian tante yuni bangun dari tempat duduk dan menghampiriku tante yuni mengambil remote tv dekat bangku dudukku, entah sengaja atau tidak dia terpeleset dan jatuh kepahaku dan tangan tidak sengaja menekan kena tepedoku aku kesakitan meringis menahan sakit dan tangannya buru diangkat tangannya dia kaget lalu betanya kenapa anto sakit ya maafkan tante ya,sembari menjululkan tangannya keselakanganku dan dipegang oleh tante yuni,dan tante yuni lalu berkata ini apa..an..koq keras2 banget,ini sakit ya.. sembari tangannya memijit2,sini tante urut biar sakitnya hilang,dan tante ngak bilang permisi langsung dibuka seletingku celanaku dan tangan meroggoh kedalam celana dalamku dan digenggam dengan erat sekali,dan tangan kanan megosok2 mengelus2 ujung kepala batangku,

dan aku sangat menikmati dan lupa dengan sakitnya,selagi tangan kirinya mengocok lalu tangan kanannya berpindah ketanganku dan ditarik ke dadanya,dan tante yuni kembali berkata ayo to...pegang aja punya tante, kamu maukan...aku langsung mejawab ,iya tante...
selagi mendapat akses,aku bertindak lebih jauh lagi kuturunkan kepalaku kujilat dadanya,dan tangan tante yuni mendekap lebih erat dan dia kembali mendesah terus to....diisap ya...to,,,,duh...enak banget, dan aku akan bertindak lebih lanjut lagi,kuelus2 perutnya setelah itu aku mau turunkan kepalaku keselankang pahanya tante,lalu tante berkata dikamar aja to..nanti diliat pembantu.
tante duduk diatas ranjang membuka paha untuk memancing nafsuku,sini to....naek keatas ranjang tante dah ngak tahan...

kemudian kami berpindah kekamar tidurnya tante yuni,sesampai dikamar tante langsung buka baju dasternya dan dia duduk diatas ranjang dengan membuka kedua pahanya lebar2 dan aku lihat ternyata memeknya tante bersih tampa sehelai rambutpun aku aku bertambah nafsu melihatnya dan akupun tidak tinggal diam kubuka seluruh pakaianku setelah kami berdua terlanjang tante yuni lalu mendorong aku keranjang dengan posisi terlentang dan kemudian tante menurunkan kepalanya menjilat pusarku lalu terus turun sampai ke selakanganku dan tangannya mengenggam dan lidahnya menjilat di sekitar kepala kemaluanku aku mendesah bagaikan bayi minta ngedot,dan akupun tidak tinggal diam tangan ku memeras dan memirin pentil unjung susunya tantepun langsung beraksi lebih jauh,batang torpedoku dimasuk kemulut dikulum turun naik sembari menjilat dan kepalanya kekiri dan kekanan aku menikmati diisap kuluman kemaluanku oleh tante yuni
tante menjilat batangku kemaluanku
sssttt...enak banget batangmu....

lalu aku menurunkan kepalaku dan kucium dan terasa bau ciri khas wanita dan aku langsung menjulurkan lidahku lalu aku jilat ujung kelentitnya dan jariku tetap kutusuk keluar masuk tante yuni kembali medesis ssstttt...ssssttt....aku mendengar tante yuni mendesis aku tahu tante yuni sudang hampir kepuncak kenikmatan akupun tetap menjilat lebih cepat dan juga aku gigit pelan tante mendesis sssttt....lalu berkata antooo...cepatt masukinn...tante dah ngak tahan..cepattt..donggg...sayangg...dan akhirnya tante yuni bangun dan dia langsung menungging dan mengenggam batang kemaluanku lalu dituntun kearah vaginanya dan digosok2 kepala kemaluanku dibelahan vaginanya yang benar2 sudah basah dan licin sekali.

akupun sudah ngak tahan lagi dan tanganku mengenggam buah pantatnya,lalu kuarahkan batang kemaluanku lalu kutekan blesss...berasa peret dan hangat sekali lobang tante yuni yang sudah sangat basah dan licin sekali,akupun memaju mundurkan pantatku dan diimbangi goyangnya pantat tante yuni bagaikan gangsing aku sangat menikmati dan didalam vagina tante yuni terasa seperti menyedot,dan aku berkata pada tanteee...memek tante enakkk..sekali...ogghhh....mendengar aku berkata enak lalu tante bergoyang pantatnya makin kencang dan aku berasa batang kemaluan terpendam dalam sekali dan berasa sepeti diurut seluruh batang kemaluanku aku benar2 terbang kelangit tujuh sstt....ogghh.....aku mendesis
lalu tante kembali menjilat dan mengulum kemaluaanku yang baru kucabut dalam memeknya dalam keadaan berlendir, tante yuni pun menjilat tampa merasa jijik aku sangat sekali menikmati permainan tante, aku memeramkan mataku menikmatinya jilatannya setelah berselang beberapa menit lalu tante bangun lalu digenggam batang terpedoku lalu diarahkan kelobang vaginanya lalu ditekan sampai masuk tampa sejengkal batangku yang tersisa sampai kepangkalnya lalu tante yuni mengoyangkan pinggulnya memaju mundurkan pantatnya aku merasakan seluruh batang sepeti diurut selagi tante beraksi memutar pantat pinggulnya tanganku meremas buah dadanya dan jariku juga ikut memerintir ujung pentil susunya

tante yuni juga berkata anto...remes yang kencang dong... dan aku ikuti kemauan tante kuremas kedua buah dadanya dan batang kemaluaan ditancap dalam sekali dan tante akhirnya berkata terus anto...punya kamu koq enak banget, beda banget ama punya omm[suaminya], lalu aku berkata beda apanya tante...diapun menjawab beda batangnya punyamu panjang dan kepalanya helemnya besar banget terasa didalam memek tante seperti digaruk bagaikan ada yang nonjok2 , lalu kembali tante yuni mendesis dan berkata lagi anto...tante mau keluar nih.... ssstt....aku berkata jangan keluar dulu tante tungguin anto sebentar lagi, anto hampir nyampe, dan tante bergoyang pantatnya makin kencang akupun hampir tiba diujung puncak kenikmatan,
tante yuni sedang menikmati goyanganku sssttt....ougghhh.......enaknya batangmu to.....

lalu kudekap tubuh tante dan kubalik tubuhnya dan berganti posisi aku di atas dan tante yuni dibawah akupun berpacu dengan kencang kumajukan mundur pantatku bagaikan piston mobil dan selang beberapa menit tante yuni mendesis kembali..ssstttt....anto...tante dah mau nyampe...cepat to...bareng2 ya..akupun menjawab iya..tannn...anto juga mau nyampe...akhirnya jebol juga dan disusul dengan orgasmenya tante yuni dan batangku menyemprot crott..crott...crott...dan tante pun berteriak..aughh....eennakk.....aakhhh.....akhirny a aku dipeluk tante erat sekali dan dicium dan diapun berkata terima kasih iya anto kamu pintar deh puasin tante
mengalirnya lendir kenikmatan dari vaginanya tante yuni

lalu kami rebah tiduran di atas ranjang tante yuni dan diapun bercerita bahwa dari rumahku dia sudah memperhatikanku dan dia juga suka denganku dan tante yuni juga menceritakan tentang suaminya kalau main dengan tante dia paling suka anal,aku terbengong2 mendengar pengakuan tante yuni koq memeknya tante yuni enak koq mau2 aja yang di dubur apa enaknya aku bertanya kepada tante yuni dan diapun menjawab mula2nya ya sakit lama2 enak koq,dan apakah anto pernah mencobanya akupun menjawab blom pernah tante kan jijik masak dimasukin kelobang patatnya tante,dan tante berkata kembali apakah anto mau coba...aku diam sejenak lalu menjawab boleh juga akhirnya dan tante juga diam tetapi tangannya tetap mengenggam batangku yang masih lemas,dan dia tidak melepaskanya tante yuni sangat sabar dia tetap aja mengurut2 batangku selang beberapa menit akhirnya bangun kembali

lalu tante bangun ranjang dia berjalan kemeja rias mengambil bungkusan kecil dan dia sobek ternyata sebuah condom lalu tante yuni menunduk kepalanya mengulum2 batang kemaluanku yang masih lengket karena peju tersebut setelah cukup lama tante memasang condom ke batang kemaluanku dan tante lansung celentang mengangkat tinggi kedua pahanya dan dia meludah ketangannya lalu di oles kelobang pantanya dan dia menarik tanganku sembari senyum sini to...coba masukin dih..biar kamu ngak penasaran

akhirnya kuikuti kemauan tante yuni kugenggam batang torpedoku kuarahkan kelobang duburnya yang dibasahi oleh ludahnya tante yuni,lalu kutekan pelan2 tante yuni memejamkan matanya dan mulutnya keliahatan sedang mengigit bibir bawahnya,dan kutekan kembali akhirnya masuk separuh dan kutarik lalu kutekan kembali lebih dalam dan tante yuni mendesis ssstttt....pelan2 ya to..lada perih sedikit tante yuni berkata dan aku menjawab kalau sakit jangan diterusin tante,aku merasa kasian sama tante yuni dan aku menjawab biar anto masukin aja kelobang memek tante aja,tapi tante tetap mau aku melanjukan,dan kutekan lagi lebih dalam akhirnya masuk keluruh batang torpedoku dilobang pantatnya dan yang kurasakan lobang pantatnya tante yuni lebih hangat dan mencengkram bila dibanding dengan vaginanya
kumasuki batang kemaluanku ke lobang analnya tante yuni
aduh to...pelan2 ya......

aku mendesah aghhh....enakkk..banget...lalu kumaju mundurkan pantatku dengan diiringi mengosok vaginanya dan ujung jarinya menekan masuk sampai kelobang memeknya tante yuni,aku tetap memajukan mundur pantaku dan tante yuni semakin cepat mengosok vaginanya dan mata sayu melirikku dan mulutnya sedikit terbuka lidahnya terjulur sedikit,aku melihatnya semakin terlangsang,selang beberapa lama tante yuni berkata anto...tante memeknya digosok koq semakin gatel....ya....terus anto...yang kencang...dengan batang terpedoku keluar masuk dilobang pantatnya akupun sangat menikmati terasa batang torpedo sesuatu akan terjang keluar aku berkata kepada tante yuni,tan..te...anto ngak tahan dah mo keeelluarrrr.....tantepun menjawab a..maaaa......tanteee...juga..mauu..keluarrr....aa gghhh.....aduhhhhh...nyammmpe...to...

setelah selesai anal lalu tante yuni mencabut kondom tersebut lalu dijilat dan ditelan lendir kenikmatan dihadapanku

akhirnya aku juga keluar berbareng dengan orgasmenya tante yuni dan aku dipeluk erat dan kakinya juga melingkar tubuhku setelah menjelang beberapa saat tante bangun dan masih duduk diranjang dan diraih batang kemaluanku dan di tarik keluar kondom dibatangku dan dipegang dengan dua jarinya diangkat kemukanya dan tante yuni mengulurkan lidahnya menjilat kondom tersebut menghadap keaku sembari kelilik kearahku lalu tersenyum,dan tantepun berkata ini cairan peju kamu sedap sekali tante suka koq kalau anto bisa negecrot dimulut tante,dan kata dokter kalau cairan peju sangat berprotein dan akupun berkata boleh pasti anto kasih kalau om pas ngak ada dirumah dan pasti datang dan kita bisa menikmati beberapa gaya lagi yang belom kita coba.

setelah jam menunjuk 12 malam dan hpku berbunyi ternyata ibuku telephon danibuku bertanya anto ada dimana dan aku menjawab dalam perjalanan pulang bu..dan hari berikutnya aku kepuncak menemani tante yuni dan kami melakukan beberapa gaya2 yang belom kami praktek,aku sangat puas dan menikmati bermain dengan tante yuni bila suaminya sedang keluar kota atau siang hari kalau sedang ngak kuliah